Jumat, 19 Oktober 2012

Kewajiban Mempelajari Bahasa Arab


Kewajiban Mempelajari Bahasa Arab

Mempelajari bahasa Arab sebagai bahasa Al-Quran dan literatur Islam sangat dianjurkan bagi setiap muslim, bahkan beberapa Atsar (perkataan sahabat, tabi'in dan para pengikut tabi'in) menyebutkan akan kewajiban mempelajari bahasa Arab. Banyak ayat Al-Quran yang menekankan pentingnya mempelajari bahasa Arab sebagai bahasanya, seperti firman Allah SWT berikut: "Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al-Qur'an yang berbahasa Arab semoga kalian berpikir" (Yusuf :2)

          Selain itu terdapat banyak ayat Al-Quran lainnya yang senada dengan ayat di atas seperti: Az-Zukhruf:3, Az-Zumar:28, Fushshilat:3,44, Ar-Ra'du:37, Asy-Syura:7, Thoha:113, Al-Ahqof:12, An-Nahl:103, Maryam:97 dan Asy-Syu'aro:195.

Dimensi Penguasaan Bahasa Arab

Dimensi Penguasaan Bahasa Arab.

Menguasai bahasa Arab itu minimal harus menguasai empat sisi.
1.Fahmul Masmu'
Maksudnya kita harus mampu memahami apa yang kita dengar. Jadi kalau ada orang Arab membacakan berita di TV atau sedang berdialog, kita mampu mengerti.

Metode pengajaran dan pembelajaran bahasa arab

Metode pengajaran dan pembelajaran bahasa arab

Metode yang sesuai digunakan dalam proses pengajaran dan pembelajaran bahasa Arab baik dikalangan pesantren ataupun Madrasah-madrasah diniyyah ialah:

1. Metode Tematik. (Tariqah Al Maudu’iyah)                       
Metode tematik adalah proses pengajaran yang berasaskan satu ide pokok sebagai tema sebelum dikembangkan pada beberapa tema yang lain. Contohnya, dalam minggu ini, tema pokok yang dipilih ialah berkaitan dengan masalah keluarga. Dalam satu pelajaran dikenalkan berbagai nama anggota keluarga dan aktivitas keluarga,.Untuk satu judul seperti keluarga, semua bagian pembelajaran Bahasa Arab seperti nahwu (tata bahasa), kitabah (menulis), Qiroah (membaca), Kalam (berbicara), Istima’(mendengar) dipraktekkan ketika itu juga.

Rabu, 17 Oktober 2012

Pengajaran Bahasa Arab

Pengajaran Bahasa Arab

Pengajaran menurut Sikun Pribadi guru besar IKIP Bandung menjelaskan bahwa pengajaran adalah suatu kegiatan yang menyangkut pembinaan anak mengenai segi kognitif dan psikomotorik semata-mata yaitu supaya anak-anak lebih banyak pengetahuannya, lebih cakap berfikir kritis, sistematis dan obyektif, serta terampil dalam mengerjkan sesuatu misalnya terampil menulis, membaca, lari cepat , dan lain sebagainya                              
(Ahmad Tafsir 2003: 7)           
                                                                            
 Ki Hajar Dewantara mengemukakan pendapatnya bahwa pengajaran adalah pendidikan dengan cara memberikan ilmu pengetahuan serta kecakapan pada anak yang keduanya bisa bermanfaat bagi hidupnya baik lahir dan batin.  

Pembelajaran Bahasa Arab

PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

Dalam metode pembelajaran untuk mengembangkan dan merencanakan pembelajaran yang hendak dicapai perlu memahami prinsip – prinsip pembelajaran yang hendak dicapai prinsip-prinsip pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut : (Drs. Muhaimin, M.A, et.al : 2001:137)

1. Prinsip Kesiapan ( Readness)
Dalam proses belajar mengajar baik itu pengajaran umum, agama maupun dalam pengajaran Bahasa sangat dipengaruhi oleh prinsip kesiapan yaitu kesiapan individu sebagai subyek yang melakukan belajar. Kesiapan belajar adalah kondisi fisik–psikis (jasmani-mental) individu yang memungkinkan subyek dapat melakukan belajar. Biasanya kalau beberapa tahap dapat dilalui oleh peserta didik maka ia siap untuk melaksanakan suatu tugas khusus.
Berdasarkan prinsip kesiapan belajar tersebut dapat dikemukakan hal-hal yang terkait dalam pembelajaran antara lain :
 
          Individu dapat belajar dengan baik apabila tugas yang diberikan kepadanya sesuai dengan kesiapan ( kematangan usia, kemampuan, minat, dan latar belakang pengalamannya)
          Kesiapan belajar harus diakaji lebih dulu untuk memperoleh gambaran kesiapan belajar siswanya dengan jalam mengetes kesiapan atau kemmpuan.
Jika individu kurang siap untuk melaksanakan suatau tugas belajar maka akan menghambat proses pengaitan pengetahuan baru ke dalam stuktur kognitif yang dimilikinya.Kesiapan belajar mencerminkan jenis dan taraf kesiapan untuk menerima sesuatu yang baru dalam membentuk atau mengembangkan kemampuan yang lebih matang.

          Bahan dan tugas–tugas belajar akan sangat baik kalau divariasi sesuai dengan faktor kesiapan kognitif, afektif, dan psikomotor pserta didik yang kan belajar.

TAFSIR DAN TA WIL

PENGERTIAN PERBEDAAN DAN PERSAMAAN ANTARA TAFSIR DAN TA`WIL
A.      Pengertian tafsir
Secara harfiah berarti menjelaskan,memerinci,menampakkan dan menyingkap sedangkan menurut istilah adalah Menerangkan ayat-ayat Al-Qur`an dari berbagai aspeknya.
Sedangkan yang dimaksud dengan ilmu tafsir ialah ilmu yang membahas tentang teknik atau cara mentafsirkan Al-Qur`an berikut hal-hal yang berkaitan dengannya.
Adapapun pengertian yang dikemukakan oleh para ahli Ulumul Qur`an diantaranya yang di kemukkan oleh Muhammad bin Abd al-Azhim al Zarqani ialah:
علم يعرف فيه عن القرآن الكريم من حيث دلالته على مراد الله تعالى بقدر طاقة البشريّة.
Ilmu yang membahas tentang Al-Q ur`an dari segi dilalahnya sesuai yang dikehendaki ALLAH swt. Menurut kemampuan manusia.
Dilihat dari dari pengertian pengertian tafsir dan ilmu tafsir di atas,  sesungguhnya berbeda diantara keduanya. Tafsir adalah penjelasan atau keterangan tentang Al-Qur`an, sedangkan ilmu tafsir adalah ilmu yang membahas tentang bagaimana cara menerangkan atau menafsirkan Al-Qur`an itu. Perbedaan lain bisa disebut bahwa ilmu tafsir adalah sarana atau alatnya, sedangkan tafsir adalah produk yang dihasilkan oleh ilmu tafsir.
B.      Pengertian Ta`wil
Masuk kedalam pembahasan tentang Ta`wil, Ta`wil secara harfiah ialah kembali, Tempat Kembali, dan mengatur kemudian secara istilah menurut ulama mutaqaddimin ialah : menafsirkan pembicaraan dan menerangkan maknanya atau menerangkan pokok yang dimaksud dari suatu pembicaraan. Sedangkan menurut ulama mutaakhirin yakni mengalihkan lafal dar yang rajah (kuat) kepada ma`na yang marjuh (dikuatkan) karena ada dalil yang mendukung.
C.     Perbedaan dan persamaan antara tafsir dan ta`wil
Perbedaan antara Tafsir dan Ta`wil secara singkat ialah sebagai berikut:            
Persamaannya :
-          Sama-sama sebagai sarana untuk memahami Al-Qur`an
-          Memiliki tujuan yang sama yakni untuk menjelaskan Al-Qur`an
Perbedaannya:
-          Tafsir lebih berorientasi pada riwayat dan makna lahir ayat
-          Ta`wil lebih mengacu kepada makna tersirat (isyarat) dan pemahaman ayat.
Sedikit penjelasan berkenaan dengan persamaan dan perbedaan antara tafsir tan ta`wil, Muhammad al-Naquib al-attas mengilustrasikan bahwa “ jika Tuhan Yang Maha Tinggi berfirman bahwa ia mengeluarkan yang hidup dan yang mati (يخرج الحيّ من الميّت  ) kemudian kita menafsirkannya sebagai berarti bahwa ia mengeluarkan burung dari telur, maka ini disebut dengan tafsir. Tetapi, jika kita menafsirkan kalimat yang sama berarti bahwa Tuhan mengeluarkan seorang mukmin (المؤمن ) dari seorang kafir (الكافر ) atau bahwa IA mengeluarkan  orang yang memiliki ilmu (العالم ) dari seorang yang bodoh (الجاهل ) maka ini disebut dengan Ta`wil.
-           


Guru Dan Proses Belajar Mengajar



GURU DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR


JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB
FAKULTAS HUMANIORA DAN BUDAYA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
OKTOBER 2012



KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puja dan puji syukur penulis haturkan ke hadiratIlahi Robbi, yang telah memberikan kekuatan serta kesehatan dan segala buah pikiran kepada penulis, sehingga dengan rahmat dan hidayah – Nya, penulis bisa menyelesaikan makalah ini, guna memenuhi peningkatan kemampuan di dalam menulis makalah dan pengetahuan dalam mengikuti mata kuliah Psikologi Pendidikan.
Teriring sholawat serta salam kepada Nabi Muhammad SAW, seorang sosok revolusioner terbesar dunia yang mampu merubah dan menuntun kita dari zaman jahiliyah menuju zaman yang terang benderang yakni Addiinul Islam.
Dalam makalah penulis yang berjudul “Guru dan Proses Belajar Mengajar”, mempunyai suka dan duka yang tidak pernah penulis lupakan. Dengan belajar menulis makalah ini, penulis banyak mengerti tentang pentingnya sebuah karya tulis untuk menunjang masa depan dan pengetahuan tentang pemikiran pendidikan islam. Oleh karena itu, besar harapan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat kepada semua orang sebagaimana hadits Nabi :
خَيْرُ النَّاس اَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ
Artinya :  Sebaik – baik manusia adalah yang dapat bermanfaat bagi manusia lainnya.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini belum sempurna. Maka dari itu, kritikdan saran dari pembaca sangat penulis harapkan.



                                                                                          Malang, 03 Oktober 2012
                                                                                            Penulilis






BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Dalam proses kegiatan mengajar belajar (KMB) ialah suatu proses kegiatan yang dilaksanakan di suatu lembaga pendidikan ataupun instansi pendidikan di dalam suatu proses belajar mengajar terdapatlah suatu susunan ataupun syarat terselenggaranya proses belajar mengajar diantaranya yakni Guru,Murid,ruangan kelas / lingkungan belajar dan juga alat untuk penunjang belajar mengajar tentunya.
Di dalam susunan ataupun syarat dalam proses belajar mengajar itu sangatlah berkaitan antara satu sama lain dan sangat dibutuhkan sekalai dalam proses terjadinya kegiatan belajar mengajar, apabila dalam proses tersebut tidak ada guru apa jadinya, kemudian apabila tidak ada murid ataupun siswa maka apa yang akan berjalan, apabila tidak ada lingkungan kelas, apakah akan kondusif pelaksanaan belajar mengajarnya tersebut? Dan kemudian jikalau tidak ada alat penunjang pembelajaran, maka apa jadinya, bagaimana guru memaparkan, meringkas,    memberikan sesuatu ilmu kepada muridnya jika tidak terdapat alat dalam penunjang pendidikan.
Dalam rangkaian tersebut sangatlah erat hubungannya baik antara satu dengan yang lainnya, akan tetapi dapat digaris bawahi. Bahwa, didalam suatu suasana belajar mengajar peran yang terpenting di dalamnya ialah seorang guru. Karena, jika tidak ada guru, maka tidak ada namanya belajar mengajar dan rusaklah seluruh komponen yang ada.
Guru adalah inti daripada seluruh kegiatan belajar mengajar. Maka dari itu segala sesuatu yang berkaitan dengan belajar mengajar kuncinya ialah guru. Apabila seorang guru berhasil membuat suatu keberhasilan dikelas maka sukseslah kegiatan belajar mengajar tersebut. Tapi, apabila sebaliknya, maka hancurlah proses belajar mengajar tersebut.
1.2. Rumusan Masalah
            Setelah meliha dari segala sesuatu yang terdapat dalam latar belakang masalah, maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:
1. Seperti apa karakteristik kepribadian guru itu?
2. Bagaimana kompetensi profesionalisme guru?
3. bagaimanakah hubungan guru dengan proses belajar belajar mengajar?
4. Seperti apa skill pengajar itu?

1.3. Tujuan Permasalahan
            Setelah melihat dari paparan rumusan masalah di atas, maka dapat diambil tujuan permasalahan sebagai berikut:
1. mengetahui karakteristik khusus dari seorang guru.
2. Dapat mengenal kompetensi mengajar guru.
3. Mengetahui hubungan guru dengan proses belajar mengajar
4. Mengetahui Skill seorang pengajar.



BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Karakteristik Kepribadian Guru
            Menurut tinjauan psikologi, kepribadian adalah sifat hakiki individu yang tercermin pada sikap dan perbuatannya yang membedakan dirinya dari yang lain. McLeod (1989) mengartikan kepribadian (personality) sebagai sifat yang khas yang dimiliki oleh seseorang. Dalam hal ini, kepribadian adalah karakter atau identitas.
            Kepribadian adalah faktor yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan seorang guru sebagai pengembang sumber daya manusia. Karena disamping sebagai pembimbing dan pembantu, guru juga berperan sebagai panutan. Mengenai pentingnya kepribadian guru, seorang psikolog terkemuka, Prof. Dr. Zakiah Daradjat (1982) menegaskan:
Kepribadian itulah yang akan menentukan apakah ia menjadi pendidik dan pembina yang baik bagi anak didiknya, ataukah akan menjadi perusak atau penghancur bagi hari depan anak didik terutama bagi anak didik yang masih kecil (tingkat SD) dan mereka yang mengalami kegoncangan jiwa (tingkat menengah). Secara konstitusional, guru hendaknya memiliki keahlian yang diperlukan (pasal 42 ayat 1 dan 2 UU Sisdiknas 2003).
Karakteristik kepribadian yang berkaitan dengan keberhasilan guru adalah: