Sabtu, 27 September 2014

Desain Kompetensi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang
Suatu proses belajar yang berlangsung pada setiap individu dalam rangka mendapatkan suatu ilmu pengetahuan tidak sekaligus terjadi, melainkan secara bertahap berkembang terus-menerus. Bertahap atau berjenjang berdasarkan tingkat kesulitan materi. Hal ini mengingat bahwa ragam pengetahuan sangat rumit sehingga diperlukan waktu, kesiapan pebelajar, lingkungan belajar serta tingkat kesulitan suatu materi. Oleh karena itu disusunlah tujuan atau desain kompetensi pembelajaran untuk mempermudah dan membantu mempercepat terjadinya proses pembelajaran.
Penyusunan desain kompetensi ini sebagai langkah guna mengetahui kompetensi para siswa. Kompetensi merupakan suatu kemampuan (siswa) dalam melakukan sesuatu dengan baik sebagai hasil dari proses pembelajaran atau pendidikan yang diikuti sebelumnya. Sehingga dengan demikian, materi pembelajaran yang diberikan berdasarkan desain kompetensi yang telah disusun akan memiliki arah yang jelas sesuai dengan yang diinginkan.
Desain kompetensi pembelajaran sangat membantu dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran itu sendiri memiliki tahapan tingkatan tertentu dan dapat berjalan jika adanya kondisi belajar yang mendukung. Desain kompetensi ini termasuk salah satu bagian dari kondisi eksternal belajar, disamping kondisi internal yang berupa kemampuan dan kesiapan diri pebelajar. Untuk itu, desain kompetensi pembelajaran harus disusun secara sistematis agar berhasil meningkatkan kualitas peserta didik berdasarkan tujuan yang telah dibangun.
Tujuan pembelajaran merupakan salah satu aspek yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan atau desain pembelajaran. Hal ini lantaran segala kegiatan pembelajaran pada akhirnya akan bermuara pada tercapainya tujuan. Tujuan pembelajaran yang terdiri dari beberapa aspek penguasaan pada siswa, yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Sehingga pada akhirnya pembelajaran dapat melahirkan peserta didik yang berkualitas tinggi dalam segala hal, baik dari segi kogntif, afektif, maupun psikomotorik.

1.2         Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas dapat dirumuskan beberapa pertanyaan sebagai berikut:
1.      Apa yang di maksud kompetensi dan karakteristik?
2.      Bagaimana cara mendesain kompetensi?
3.      Apa saja domain kompetensi?
1.3         Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas dapat dirumuskan beberapa tujuan pembahasan sebagai berikut:
1.      Mengetahui kompetensi dan karakteristik.
2.      Mengetahui cara mendesai kompetensi.
3.      Mengetahui domain kompetensi.









BAB II
PEMBAHASAN
2.1 pengertian kompetensi dan karakteristk
Belajar terjadi secara bertahap atau berjenjang. jenjang belajar menunjukkan tingkat kesulitan dan kedalaman penguasaan penggetahuan melalui berbagai penndekatan seperti penerapan berbagai metode belajar serta medianya.  Jenjang belajar di perlukan karena desainer desainer pembelajaran harus memutuskan bagaimana penyajian materi atau ragam penngetahuan yang memudahkan dan membentu mempercepat terjadinya proses belajar.[1]
Kompetensi sering dibatasi pengertiannya sebagai pengetahuan, keterampilan,dan sikap nilai yang terwujud dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Seorang siswa disebut kompeten jika secara konsisten mampu menampilkan/menunjukkan kemampuan yang spesifik yang dapat diamati.[2] Spencer and Spencer memandang bahwa kompetensi sebagai karakteristik yang menonjol dari seorang yang berhubungan dengan kinerja efektif dan / atau superior dalam suatu pekerjaan atau situasi. R.M. Guion dalam Spencer and Spencer mendefinisikan kemampuan atau kompetensi sebagai karakteristik yang menonjol bagi seseorang dan mengindikasikan cara-cara berperilaku atau berpikir, dalam segala situasi dan berlangsung terus dalam periode waktu yang lama. Dari pendapat tersebut dapat dipahami bahwa kemampuan adalah merujuk pada kinerja seseorang dalam suatu pekerjaan yang bisa dilihat dari pikiran, sikap, dan perilakunya.[3]
Jika kemampuan yang di sebut juga dengan kompeten yang dapat kita lihat dari aspek pikiran, sikap dan prilaku tidak terdapat pada diri anak maka sudah dapat di ketahui bahwa pembelajaran di katakan kurang berhasil dan guru harus mendorong agar dapat menggali kompetensi anak didiknya.
Merujuk definisi mendiknas (SK.04/U/2002), komepetensi adalah seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggungjawab yang dimiliki oleh seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang tertentu.[4] Kompetensi merupakan kemampuan siswa atau mahasiswa untuk mengerjakan sesuatu dengan baik sebagai hasil dari proses pembelajaran atau pendidikan yang diikutinya. Sehingga kompetensi merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh individu dalam melaksanakan tugas-tugas sesuai dengan uraian tugas yang dilakukannya. Juga kompetensi dapat dikatakan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Kebiasaan berfikir dan bertindak yang secara konsisten dan terus-menerus memungkinkan seseorang menjadi kompeten, dalam arti memiliki pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai untuk melakukan sesuatu.[5]
Spencer and spencer membagi lima karakteristik kompetensi sebagai berikut:
1.      Motif, adalah sesuatu yang orang pikirkan dan inginkan, yang menyebabkan sesuatu. Contoh, orang yang termotivasi dengan prestasi akan mengatasi segala hambatan untuk mencapai tujuan, dan bertanggungjawab melaksanakannya.
2.      Sifat, adalah karakteristik fisik tanggapan konsisten terhadap situasi atau informasi. Contoh, penglihatan yang baik adalah kompetensi sifat fisik bagi seorang pilot. Begitu halnya dengan kontrol diri emosional dan inisiatif adalah lebih kompleks dalam merespon situasi secara konsisten. Kompetensi sifat ini pun sangat dibutuhkan dalam memecahkan masalah dan melaksanakan panggilan tugas.
3.      Konsep diri, adalah sikap, nilai, dan image diri seseorang. Contoh, kepercayaan atau keyakinan seseorang agar ia menjadi efektif dalam semua situasi adalah bagian dari konsep diri.
4.      Pengetahuan, adalah informasi yang seseorang miliki dalam bidang tertentu. Contoh, pengetahuan ahli bedah terhadap urat saraf dalam tubuh manusia.
5.      Keterampilan, adalah kemampuan untuk melakukan tugas-tugas yang berkaitan dengan fisik dan mental. Contoh kemampuan fisik adalah keterampilan programmer komputer untuk menyusun data secara beraturan. Sedangkan kemampuan berpikir analitis dan konseptual adalah berkata dengan kemampuan mental atau kognitif seseorang.[6]
Para pakar berbeda dalam penjabaran arti kompetensi, ada yang mengidentifisi dengan aspek kognitif,afekti dan psikomotorik, ada yang menjabarkan bahwa kompetentsi meliputi ktermapilan dll. Dengan perbedaan penjabaran itu tidak merubah esensi dari kompetensi tersebut.
            Desain kompetensi pembelajaran sangat membantu dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran itu sendiri memiliki tahapan tingkatan tertentu dan dapat berjalan jika adanya kondisi belajar yang mendukung. Desain kompetensi ini termasuk salah satu bagian dari kondisi eksternal belajar, di samping kondisi internal yang berupa kemampuan dan kesiapan diri pebelajar. Untuk itu, desain kompetensi pembelajaran harus disusun secara sistematis agar berhasil meningkatkan kualitas peserta didik berdasarkan tujuan yang telah dibangun.[7]
Dalam kurikulum yang berorientasi pada pencapaian kompetensi, tujuan yang harus dicapai oleh siswa dirumuskan dalam bentuk kompetensi. Dalam pembangunan konteks pengembangan  kurikulum, kompetensi adalah perpaduan dari pengetahuan, ketrampilan, nilai, dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Seseorang yang telah memiliki kompetensi dalam bidang tertentu bukan hanya mengetahui, tetapi juga memahami dan menghayati bidang tersebut yang tercermin dalam dalam pola prilaku sehari-hari.
Dalam kurikulum, kompetensi sebagai tujuan pembelajaran dijadikan sebagai standar dalam pencapaian tujuan kurikilum. Baik guru dan siswa perlu memahami kompetensi yang harus dicapai dalam proses pendidikan dan pembelajaran. Pemahaman ini diperlukan untuk memudahkan dalam merancang strategi keberhasilan.
Dalam kompetensi sebagai tujuan, di dalamnya terdapat beberapa aspek, yaitu:  Pengetahuan,  Pemahaman,Kemahiran,Sikap dan Minat
Sesuai dengan aspek-aspek di atas, maka tampak bahwa kompetensi sebagai tujuan dalam kurikulum itu bersifat kompleks. Artinya bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, kecakapan, nilai, sikap dan minat siswa agar mereka dapat melakukan sesuatu dalam bentuk kemahiran disertai rasa tanggung jawab. Dengan demikian tujuan yang ingin dicapai dalam kompetensi ini adalah bagaimana memberikan pemahaman dan penguasaan materi agar dapat mempengaruhi cara bertindak dan berpikir dalam kehidupan sehari-hari.[8]

2.2 cara mendesain kompetensi
Alternative pertama mendesain kompetensi atau tujuan pembelajaran atau hasil belajar mata kuliah atau mata pelajaran yaitu berdasarkan KBK (kurikulum berbasis kompetensi), lazimnya ada tiga komponen yang harus dirumuskan khususnya dalam KBK, yaitu:
1.    Standar kompetensi
2.    Kompetensi dasar
3.    Indicator
Standar Kompetensi adalah kebulatan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan tingkat penguasaan yang diharapkan dicapai dalam mempelajari suatu mata kuliah. Cakupan standar kompetensi yaitu 1. standar isi (content standard) dan 2. standar penampilan (performance standar). Dengan kata lain Standar Kompetensi adalah sebuah keutuhan prestasi terbesar dari mata kuliah yang diperoleh mahasiswa atau sebuah keutuhan prestasi terbesar dari mata pelajaran setelah mengalami proses pembelajaran dalam satu semester.
Sedangkan Kompetensi Dasar adalah jabaran dari standar kompetensi yaitu pengetahuan, keterampilan dan sikap minimal yang harus dikuasai dan dapat ditampilkan siswa atau mahasiswa. Dengan kata lain, Kompetensi Dasar adalah kompetensi-kompetensi pendukung atau penentu keberhasilan tercapainya Standar Kompetensi. Tanpa penguasaan Kompetensi Dasar mahasiswa atau siswa tidak akan mungkin berhasil dengan utuh atau sempurna akan tercapainya Standar Kompotensi sebagai hasil prestasi terbesar sebagai sebuah totalitas.
Indikator adalah rumusan kompotensi yang lebih spesifik yang menunjukkan ciri-ciri penguasaan suatu kompetensi dasar atau sub-kompetensi. Sebuah kompetensi dasar memiliki beberapa bukti atau tanda penguasaan.[9]

2.2 domain kompetensi
1.      Domain kognitif
Dimain kognitif adalah suatu ranah kemampuan berfikir tentang fakta-fakta spesifik, pola prosedural, dan konsep-konsep dalam mengembangakan pengetahuan dan keterampilan intelektual.Bloom (1964) merumuskan taksonomi pembelejaran khususnya dalam domain kognisi mulai dari keterampilan berfikir tingkat rendah sampai pada keterampilan berfikir tingkat tinggi  atau mulai dari tingkat pengetahuan, pemahaman,aplikasi, dan analisis yang di golongkan dalam keterampilan berfikir tingkat rendah sampai pada tingkat sintesis dan evaluasi yang merupakan keterampilan berfifikr tingkat tinggi (Edrward and Briers,2010).[10]
Tujuan kognitif berorientasi kepada kemampuan berfikir,mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang menuntutkan siswa untuk menghubungkan dan menggabungkan gagasan, metode atau prosedur yang sebelumnya di pelajari untuk memecahkan masalah tersebut. Sehinggga kognitif dapat di simpulkan bahwa kawasan kognitif adalah sub taksonomi yang mengungkapkan tentang kegiatan mental yang sering berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang paling tinggi yaitu evaluasi.[11]
Kategori proses kognitif yang paling dekat dengan merentesi adalah mengingat, sedangkan yang lainnya merupakan merupakan proses kognitif yang di pakai untuk transfer.[12]
2.      Domain afektif
Domain afektif meliputi segala sesuatu yang berhubungan dengan hal-hal yang bersifat emosional, seperti perasaan, nilai, apresiasi,motivasi dan sikap (Krathwohl,1973). Kategori afeksi mencakup kemampuan umum seperti penerimaan, tanggapan, penilaan, organisasi, sampai pada tingkat kemampuan kompleks seperti penilaain kompleks atau di sebut juga gaya hidup.
Dalam literatur pendidikan, hampir semua penulis menyatakan bahwa domain afektif sangat penting dalam belajar, tetapi merupakan suatu domain yang jarang di integrasikan, sering di abaikan, masih samar- samar dan di anggap belum jelas indikator penilaiannya.dalam pelaksanaan pembelajaran formal yang berlangsung dalam ruang kela, mayoritas tenaga pengajar lebih cendrung menyentuh domain kognisi sehingga meteri, metode, dan media pembelajaran yang di gunakan lebih dominan di desain dan di arahkan pada pemberdayaan aspek kognisi. Demikian pula evaluasi pembelajaran yang di kembangkan , aspek kognisi menjadi bagian yang sangat di tekankan daripada aspek afeks. Itulah sebabnya kesadaran untuk menerima masukan dan arahan puhak lain begitu pula etika dan moral serta tata cara menanggapi pendapat, pandangan atau pembicaraan orang lain sering terabaikan.[13] 
3.      Domain psikomotorik
Domain psikomotor meliuti keterampilan fisik dan motorik (atau otot) yang di peroleh lebih banyak ketika memperoleh keterampilan dalam permainan atau dalam mempelajari pendidikan jasmani. Setiap tindakan memiliki komponen psikomotor. Misalnya, menulis dan berbicara meruakan keteramplan psikomotor yang harus di peroleh jika seorang anak ingin sukses baik dalam lingkungan pendidikan atau dalam kehidupan masyarakat.[14]
Kadang-kadang rumusan kata kerja dari komponen psikomotorik sulit di bedakan dengan kata kerja operasional dalam domain kognisi, utamanya dalam merumuskan komponen penerapan, evaluasi dan menciptakan. Hal ini di sadari mengingat komponen tersebut  memiliki kemiripan dengan komponen-komponen dalam domain psikomotorik.[15]
Kelompok kawasan psikomotorik di bagi menjadi 4 kategori: pertama, gerakan seluruh badan (gross body movement) adalah perilaku seseorang dalam suatu kegiatan yang memerlukan gerakan fisik secara menyeluruh. contoh : siswa sedang senam mengikuti irama musik.kedua,gerakan terkooordinasi (coordination movement) adalah gerakan yang di hasilkan dari perpaduan antara fungsi salah satu atau lebih indra manusia dengan salah satu anggoota badan. Contoh:seorang yang sedang berllatih menyetir.ketiga, komunikasii non verbal (nonverbal communication) adalah hal-hal yang berkenaan dengan komunikasi yang menggunakan simbol–simbol atau isyarat, denngan tanaggn, anggukankepala,ekpresi wajah dll. Contoh:perilaku seseorang yang mengacungkan ibu jarinya tanda salut.keempat, kebolehan dalam berbicara(speech behaviour) dalam hal-hal yang berhubungan dengan koordinasi gerakan tangan atau anggota badan lainnya dengan ekpresi muka dan kemampuan berbicara. Contoh:perilaku seorang guru di dalam kelas.[16]





BAB III
PENUTUP

3.1    Simpulan
1.      Desain kompetensi pembelajaran sangat membantu dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran itu sendiri memiliki tahapan tingkatan tertentu dan dapat berjalan jika adanya kondisi belajar yang mendukung. Desain kompetensi ini termasuk salah satu bagian dari kondisi eksternal belajar, di samping kondisi internal yang berupa kemampuan dan kesiapan diri pebelajar.
2.      Alternative pertama mendesain kompetensi atau tujuan pembelajaran atau hasil belajar mata kuliah atau mata pelajaran yaitu berdasarkan KBK (kurikulum berbasis kompetensi), lazimnya ada tiga komponen yang harus dirumuskan khususnya dalam KBK, yaitu:Standar kompetensi,  Kompetensi dasar dan  Indicator.
3.      Aspek kognitif, afektif dan psikomotorik merupakan tujuan pembelajaran yang mana peserta didik di harapkan memiliki kemampuan dari tiga aspek itu.

3.2    Saran
       Berdasarkan simpulan diatas, maka akan lebih baiknya semua mahasiswa mempelajari kompetensi desain pembbelajaran. Karena Ilmu ini sangat penting bagi masa depan  kita yang nantinya menjadi pendidik dan dengan mempelajari desain pembelajaran bahasa Arab maka kita akan mengetahui banyak ilmu tentang pendidkan.





DAFTAR PUSTAKA.
Ø  Yaumi, Muhammad. 2013. Prinsip-prinsip desain pembelajaran. Jakarta: kencana
Ø  Munthe Bermawy2009. Desain Pembelajaran, Pustaka Insan Madanoli.
Ø  Hamzah B. Uno.2009. Model Pembelajaran, Bumi Aksara.
Ø  Nasar. 2006 Merancang Pembelajran Aktif Dan Kontekstual, Grasindo.
Ø  Yamin, Maritis.2007. desain pembelajaran berbasis TSP, Jakatrta: Gaung Persada
Ø  Anderson, Lorin dkk. 2010. pembelejaran, pengajaran, dan asesmen, Yogyakarta. pustaka pelajar
Ø  Salma prawiradilaga,dewi..2008. prinsip desain pembelajaran. Jakarta: Kencana
Ø  Ibnu, maliki. sekitar  desain pembelajaran jitu.htm
Ø  PERMATA HATI  DESAIN KOMPETENSI PEMBELAJARAN.htm






[1] Salma prawiradilaga,dewi..2008. prinsip desain pembelajaran. Jakarta: Kencana, hal 94
[2] Nasar, Merancang Pembelajran Aktif Dan Kontekstual, Grasindo, 2006, hal. 1
[3]Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran, Bumi Aksara, 2009, hal. 78
[4] Munthe Bermawy, Desain Pembelajaran, Pustaka Insan Madanoli, 2009, hal.27
[6]Hamzah B. Uno, Op.Cit. hal. 78-79
[7]PERMATA HATI  DESAIN KOMPETENSI PEMBELAJARAN.htm
[8] Ibnu, maliki. sekitar  desain pembelajaran jitu.htm
[9][9] Munthe Bermawy, Desain Pembelajaran, Pustaka Insan Madanoli, 2009, hal. 31
[10] Yaumi, Muhammad. 2013. Prinsip-prinsip desain pembelajaran. Jakarta: kencana, hal 90
[11] Yamin, Maritis.2007. desain pembelajaran berbasis TSP,Jakatrta: Gaung Persada, hal 35-36
[12] Anderson,Lorin dkk.2010. pembelejaran,pengajaran dan asesmen,Yogyakarta.pustaka pelajar,hal 99
[13] Yaumi, Muhammad. 2013. Prinsip-prinsip desain pembelajaran. Jakarta: kencana, hal 96-97
[14] Op cit hal 98
[15]Op cit, hal 98-99
[16] Yamin, Maritis.2007. desain pembelajaran berbasis TSP,Jakatrta: Gaung Persada, hal 46-47

0 komentar:

Posting Komentar