BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring perkembangan ilmu dan teknologi, media
pembelajaran yang digunakan semakin canggih dalam proses belajar mengajar.
Pentingnya mengembangkan Media merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan
pembelajaran. Melalui media proses belajar mengajar bisa lebih menarik dan
menyenangkan (joyfull learning), misalnya siswa yang memiliki
ketertarikan terhadap warna maka dapat diberikan media dengan warna yang
menarik. Begitu juga dengan siswa yang senang berkreasi selalu ingin
menciptakan bentuk atau objek yang diinginkan, siswa tersebut dapat diberikan
media yang sesuai, seperti plastisin, media balok bangun ruang, atau diberikan
media gambar lengkap dengan cat. Dengan menggunakan media berteknologi seperti
halnya komputer, sangat membantu siswa dalam belajar, seperti belajar
berhitung, membaca, dan memperkaya pengetahuan.
Media pembelajaran yang baik harus memenuhi beberapa
syarat. Penggunaan media mempunyai tujuan memberikan motivasi kepada siswa.
Selain itu media juga harus merangsang siswa mengingat apa yang sudah
dipelajari selain memberikan rangsangan belajar baru. Media yang baik juga akan
mengaktifkan siswa dalam memberikan tanggapan, umpan balik, dan juga mendorong
siswa untuk melakukan praktek-praktek dengan benar.
Keberhasilan penggunaan media, tidak terlepas dari
bagaimana media itu direncanakan dan dipilih dengan baik. Media yang dapat
mengubah perilaku siswa (behaviour change) dan meningkatkan hasil
belajar siswa tertentu, tidak dapat berlangsung secara spontanitas, namun
diperlukan analisis yang komprehensif dengan memperhatikan berbagai aspek yang
dapat mempengaruhi keberhasilan pembelajaran. Aspek-aspek tersebut diantaranya
tujuan, kondisi siswa, fasilitas pendukung, waktu yang tersedia, dan kemampuan
guru untuk menggunakannya dengan tepat. Semua aspek tersebut perlu dituangkan
dalam sebuah perencanaan pembuatan media.
1.2
Rumusan Masalah
1.
Apa
saja pentingnya pengembangan media pembelajaran?
2.
Apa
saja prinsip-prinsip pengembangan media pembelajaran?
3.
Apa saja
prosedur – prosedur dalam pengembangan media pembelajaran
1.3
Tujuan Masalah
1.
Mengetahui
pentingnya pengembangan media pembelajaran.
2.
Mengetahui
prinsip-prinsip pengembangan media pembelajaran.
3.
Mengetahui
prosedur – prosedur dalam pengembangan media pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pentingnya
Pengembangan Media Pembelajaran[1]
Banyak
guru yang kurang menaruh perhatian terhadap media pembelajaran ketika mengajar
di hadapan siswanya. Mereka hanya mengandalkan ucapan dirinya seperti mereka
diajar oleh gurunya pada waktu sekolah zaman dahulu. Menurutnya, kalau topik
pelajaran atau KD sudah disampaikan dengan lisan, siswa berarti sudah mengerti.
Padahal, justru dengan lisan saja siswa akan cepat lupa sehingga tidak terdapat
informasi yang melekat dalam memorinya. Belajar dengan menggunakaan media
justru akan lebih mempermudah siswa untuk menangkap konsep yang ditambatkan ke
dalam memorinya.
Peran
media dalam proses belajar mengajar sangatlah penting untuk menunjang
tercapainya tujuan pembelajaran. Media pembelajaran yang efektif dapat
menumbuhkan sikap ketertarikan siswa terhadap suatu konsep. ”Media pembelajaran
yang digunakan dapat mempengaruhi efektivitas pembelajaran” (Brown, dalam
Gunawan, 2009:1). Pada awal perkembangannya, media pembelajaran hanya berfungsi
sebagai alat bantu guru untuk mengajar yang berupa alat bantu visual, sehingga lahirlah alat bantu audio-visual.
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), maka
penggunaan media visual dilengkapi dengan audio, hingga saat ini penggunaan
alat bantu atau media pembelajaran menjadi semakin luas dan interaktif, seperti
adanya komputer dan internet.
Untuk menyatakan bahwa
suatu proses belajar mengajar dapat dikatakan berhasil, setiap guru memiliki
pandangan masing – masing sejalan dengan filsafat. Karena itulah, suatu proses
belajar mengajar tentang suatu bahan pengajaran dinyatakan berhasil apabila
hasilnya memenuhi tujuan intruksional khusus dari bahan tersebut.
Yang menjadi petunjuk
bahwa suatu proses belajar mengajar dianggap berhasil adalah hal – hal berikut
:
1. Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi
tinggi, baik secara individual maupun kelompok.
2. Perilaku yang digariskandalam tujuan pengajaran telah dicapai oleh siswa,
baik secara individual maupun kelompok.
Jadi Pentingnya media
pembelajaran yang beraneka ragam jenisnya tentunya tidak akan digunakan
seluruhnya secara serentak dalam kegiatan pembelajaran, namun hanya beberapa
saja. Untuk itu perlu di lakukan pemilihan media tersebut. Agar pemilihan media
pembelajaran tersebut tepat, maka perlu dipertimbangkan faktor/kriteria-kriteria
dan langkah-langkah pemilihan media. Kriteria yang perlu dipertimbangkan guru
atau tenaga pendidik dalam memilih media pembelajaran. menurut Nana Sudjana
(1990: 4-5) yakni :
2.
Dukungan terhadap isi
bahan pelajaran
3.
Kemudahan memperoleh
media
4.
Keterampilan guru dalam
menggunakannya
5.
Tersedia waktu untuk
menggunakannya
6.
Sesuai dengan taraf
berfikir anak.
Media pembelajaran
dapat dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar
secara lebih leluasa, kapanpun dan dimanapun, tanpa tergantung pada keberadaan
seorang guru. Program-program pembelajaran audio visual, termasuk program
pembelajaran menggunakan komputer, memungkin siswa dapat melakukan kegiatan
belajar secara mandiri, tanpa terikat oleh waktu dan tempat. Penggunaan media
akan menyadarkan siswa betapa banyak sumber-sumber belajar yang dapat mereka
manfaatkan untuk belajar. Perlu kita sadari bahwa alokasi waktu belajar di
sekolah sangat terbatas, waktu terbanyak justru dihabiskan siswa di luar
lingkungan sekolah.
Dengan mengembangkan
media, proses pembelajaran menjadi lebih menarik sehingga mendorong siswa untuk
mencintai ilmu pengetahuan. Kebiasaan siswa untuk belajar dari berbagai sumber
tersebut, akan bisa menanamkan sikap kepada siswa untuk senantiasa berinisiatif
mencari berbagai sumber belajar yang diperlukan.
2.2 Prinsip-prinsip
Pengembangan Media Pembelajaran
Adapun prinsip-prinsip
pengembangan media pembelajaran yaitu:
a. Mengidentifikasi dan mengungkapkan dengan jelas gagasan dan membatasi topik
bahasan.
b. Program yang dikembangkan memiliki tujuan untuk menginformasikan,
memotivasi, atau intruksional.
c. Merumuskan tujuan yang akan dicapai.
d. Mengevaluasi karakteristik siswa yang akan menggunakan program tersebut.
e. Menyiapkan kerangka (outline) isi pelajaran.
f. Mempertimbangkan bahwa media apa saja yang paling sesuai untuk mencapai
tujuan.
g. Membuat storyboard untuk paket pelajaran.
h. Menyiapkan naskah
untuk frame per frame untuk dijadikan penuntun pada saat mengambil gambar.
2.2 Prosedur-prosedur
Pengembangan Media Pembelajaran
Secara garis
besar kegiatan pengembangan media pembelajaran terdiri atas tiga langkah besar
yang harus dilalui, yaitu kegiatan perencanaan, produksi dan penilaian. Sementara
itu, dalam rangka melakukan desain atau rancangan pengembangan program media.
Arief Sadiman, dkk, memberikan urutan langkah-langkah yang harus diambil dalam
pengembangan program media menjadi 6 (enam) langkah sebagai berikut:[2]
1)
Menganalisis kebutuhan dan karakteristik siswa
Kebutuhan dalam
proses belajar mengajar adalah kesenjangan antara apa yang dimiliki siswa
dengan apa yang diharapkan. Contoh jika kita mengharapkan siswa dapat melakukan
sholat dengan baik dan benar, sementara mereka baru bisa takbir saja, maka
perlu dilakukan latihan untuk ruku, sujud, dan seterusnya.
Setelah kita
menganalisis kebutuhan siswa, maka kita juga perlu menganalisis karakteristik
siswanya, baik menyangkut kemampuan pengetahuan atau keterampilan yang telah
dimiliki siswa sebelumnya. Cara mengetahuinya bisa dengan tes atau dengan yang
lainnya. Langkah ini dapat disederhanakan dengan cara mengenalisa topic-topik
materi ajar yang dipandang sulit dan karenanya memerlukan bantuan media. Pada
langkah ini sekaligus pula dapat ditentukan ranah tujuan pembelajaran yang
hendak dicapai, termasuk rangsangan indera mana yang diperlukan (audio, visual,
gerak atau diam).
contoh melakukan identifikasi kebutuhan dan
karakteristik siswa:
Siswa MI diharapkan sudah
berprilaku hidup sehat dengan rajin menggosok gigi, membuang sampah pada
tempatnya, mandi 2 kali sehari, selalu berpakaian rapih dan tidak jajan
sembarangan. namun dalam kenyataannya tidak sesuai dengan harapan. dengan
demikian terjadi kebutuhan bagaimana meningkatkan sikap siswa untuk hidup
bersih.
Adanya kebutuhan tersebut
seyogyanya menjadi dasar pijakan dalam membuat media pembelajaran, sebab
dengan dorongan kebutuhan inilah media dapat berfungsi dengan baik. dan media
yang digunakan siswa, haruslah relevan dengan kemampuan yang dimiliki
siswa.
|
2)
Merumuskan tujuan
Tujuan
merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan kita. Tujuan dapat
memberikan arah tindakan yang kita lakukan.[3] Dalam
proses belajar mengajar, tujuan instruksional merupakan faktor yang sangat
penting. Tujuan dapat memberikan arah kemana siswa akan pergi, bagaimana ia
harus pergi kesana, dan bagaimana ia tahu bahwa telah sampai ke tempat tujuan.
Tujuan ini merupakan pernyataan yang menunjukkan perilaku yang harus dapat
dilakukan siswa setelah ia mengikuti proses instruksional tertentu. Untuk dapat
merumuskan tujuan instruksional dengan baik, ada beberapa ketentuan yang harus
diingat, yaitu:
a.
Tujuan instruksional harus berorientasi kepada siswa.[4] Artinya
tujuan instruksional itu benar-benar harus menyatakan adanya prilaku siswa yang
dapat dilakukan atau diperoleh setelah proses belajar dilakukan.
b.
Tujuan harus dinyatakan dengan kata kerja yang operasional, artinya kata kerja
itu menunjukkan suatu prilaku/perbuatan yang dapat diamati atau diukur.[5]
Beberapa
contoh dari kategori kata operasional adalah sebagai berikut:[6]
Kata Kerja Operasional
|
Kata Kerja tidak Operasional
|
Membedakan
Mengidentifikasi
Menuliskan
Memecahkan
Menyusun
Membandingkan
Membuat
Dan
sebagainya.
|
Mengerti
Mengetahui
Menghargai
Percaya
Menyukai
Dan sebagainya.
|
Sebuah tujuan pembelajaran hendaknya memiliki
empat unsur pokok yang dapat kita akronimkan dalam ABCD (Audience, Behavior,
Condition, dan Degree). Penjelasan dari masing-masing komponen tersebut
sebagai berikut:
A =
|
Audience adalah menyebutkan
sasaran/audien yang dijadikan sasaran pembelajaran
|
B =
|
Behavior adalah
menyatakan prilaku spesifik yang diharapkan atau yang dapat dilakukan setelah
pembelajaran berlangsung
|
C =
|
Condition adalah
menyebutkan kondisi yang bagaimana atau dimana sasaran dapat
mendemonstrasikan kemampuannya atau keterampilannya
|
D =
|
Contoh Rumusan Tujuan Pembelajaran:
Setelah mengikuti praktek sholat, siswa
kelas 6 MI dapat mempraktekkannya
(C)
(A)
(B)
(sholat) dengan benar
(D)
Siswa kelas VI SD dapat
menyebutkan pulau-pulau besar yang ada di
(A)
(B)
Indonesia dengan benar
(D)
|
Dalam kurikulm
berbasis kompetensi tujuan ini dirumusan dengan kompetensi berjejang dari:
b.
Standar
Kompetensi
Yaitu kompetensi atau kemampuan yang distandarkan untuk jenjang,
kelas, dan semester tertentu.
c.
Kompetensi
Dasar
Yaitu kemampuan-kemampuan pokok yang membentuk kompetensi atau yang
tercakup dalam kompetensi yang distandarkan tesebut. Kompetensi dasar ini
merupakan penjabaran lebih rinci dari standar kompetensi.
d.
Indikator
Merupakan penanda pencapaian
kompetensi dasar yang ditandai oeh perubahan perilaku yang dapat diukur yang
mencakup sikap, pegetahuan, dan keterampilan.
3)
Mengembangkan materi pembelajaran
Dalam
pengembangan materi, tindakan yang dilakukan selanjutnya menganalisis
tjuan-tujuan yang telah ditetapkan menjadi sub-sub kemampuan dan sub-sub
keterampilan yang disusun secara baik, sehingga diperoleh bahan pengajaran yang
terperinci yang dapat mendukung tujuan tersebut. Daftar kemampuan itulah yang
menjadi bahan pengajaran yang disajikan kepada siswa. Dengan cara tersebut
dapat diperoleh bahan pembelajaran yang lengkap dan dapat mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.
Setelah daftar
pokok-pokok materi pembelajaran dapat tersusun dengan baik, selanjutnya
mengorganisasikan urutan-urutan penyajiannya, yakni dari hal-hal yang sederhana
menuju hal-hal yang rumit, dari hal-hal yang konkrit ke hal-hal yang abstrak,
dari yang bersifat khusus ke hal-hal yang umum.[8]Ada
beberapa jenis materi pembelajaran dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
a)
Fakta
yaitu segala hal yang berwujud kenyataan dan kebenaran.
b)
Konsep
yaitu segala hal yang berwujud pengertian-pengertian baru yang bisa timbul
sebagai hasil pemikiran.
c)
Prinsip
yaitu berupa hal-hal utama,pokok, dan
memiliki posisi terpenting.
d)
Prosedur
merupakan langkah-langkah sistematis atau berurutan dalam mengerjakan suatu
aktivitas dan kronologi suatu system.
e)
Sikap
atau nilai merupakan hasil belajar aspek sikap.
Penentuan materi pembelajaran dapat menempuh langkah-langkah
sebagai berikut[9]:
a)
Identifikasi
standar kompetensi dan kompetensi dasar.
Sebelum menentukan materi pembelajaran terlebih dahulu perlu
diidentifikasi aspek-aspek keutuhan kompetensi yang harus dipelajari atau
dikuasai peserta didik. Aspek tersebut perlu ditentukan,karena setiap standar
kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik termasuk
ranah kognitif, psikomotor ataukah afektif.
b)
Identifikasi
jenis-jenis materi pembelajaran
Identifikasi dilakukan berkaitan dengan kesesuaian materi
pembelajaran dengan tingkatan aktivitas/ranah pembelajarannya.
Materi yang dibelajarkan perlu diidentifikasi secara tepat agar
pencapaian kompetensinya dapat diukur. Di samping itu, dengan mengidentifikasi
jenis-jenis materi yang akan dibelajarkan, maka guru mendapatkan ketepatan
dalam metode pembelajarannya. Sebab, setiap jenis materi pembelajaran
memerlukan strategi, metode, media dan sistem evaluasi yang berbeda-beda.
4)
Merumuskan Alat Pengukur Keberhasilan
Alat pengukur keberhasilan seyogyanya
dikembangkan terlebih dahulu sebelum naskah program ditulis.[10] Dan
alat pengukur ini harus dikembangkan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai dan
dari materi-materi pembelajaran yang disajikan. Bentuk alat pengukurnya bisa
dengan tes, pengamatan, penugasan atau cheklist prilaku.[11]
Instrumen tersebut akan digunakan oleh
pengembang media, ketika melakukan tes uji coba dari program media yang
dikembangkannya. Misalkan alat pengukurnya tes, maka siswa nanti akan diminta
mengerjakan materi tes tersebut. Kemudian dilihat bagaimana hasilnya. Apakah
siswa menunjukkan penguasaan materi yang baik atau tidak dari efek media yang
digunakannya atau dari materi yang dipelajarinya melalui sajian media. Jika
tidak maka dimanakah letak kekurangannya. Dengan demikian, maka siswa dimintai
tanggapan tentang media tersebut, baik dari segi kemenarikan maupun efektifitas
penyajiannya.
Sebagai salah
satu contoh tentang instrumen pengukur keberhasilan dari media yang dikembangkan
oleh guru adalah sebagai berikut:
Rumusan Tujuan
|
Rumusan Materi
|
Instrumen Pengukur (Tes)
|
Siswa dapat
menyebutkan jenis kalimat dalam bahasa arab
|
Jenis-jenis
kalimat dalam bahasa arab
|
Sebutkan
Jenis-jenis kalimat dalam bahasa arab!
|
5)
Menulis naskah Media
Naskah media adalah bentuk penyajian materi
pembelajaran melalui media rancangan yang merupakan penjabaran dari
pokok-pokok materi yang telah disusun secara baik seperti yang telah dijelaskan
di atas. Supaya materi pembelajaran itu dapat disampaikan melalui media, maka
materi tersebut perlu dituangkan dalam tulisan atau gambar yang kita sebut
naskah program media.[12]
Naskah program media maksudnya adalah sebagai
penuntun kita dalam memproduksi media. Artinya menjadi penuntut kita dalam
mengambil gambar dan merekam suara. Karena naskah ini berisi urutan gambar dan
grafis yang perlu diambil oleh kamera atau bunyi dan suara yang harus direkam.[13] Dalam
teknis penulisannya, naskah tersebut dilakukan melalui tahapan-tahapan.
Tahapan dalam pembuatan atau penulisan naskah
adalah berawal dari adanya ide dan gagasan yang disesuaikan dengan tujuan
pembelajaran. selanjutnya pengumpulan data dan informasi, penulisan sinopsis
dan treatment, penulisan naskah, pengkajian naskah atau revisi naskah, revisi
naskah sampai naskah siap diproduksi.
Ada beberapa macam bentuk naskah program media,
namun pada prinsipnya mempunyai maksud yang sama, yaitu sebagai penuntun dan
usaha memproduksi media pembelajaran. Naskah program media terdiri dari urutan
gambar, caption atau grafis yang perlu diambil dengan alat kamera dan suara
atau bunyi yang diambil dengan alat perekam suara. Lembaran naskah tersebut
dibagi menjadi dua kolom, di sebelah kiri terdiri dari gambar, caption atau
grafis. Sedangkan di sebelah kanan berisi narasi atau percakapan yang dibaca
narator atau pelaku, dan suara lain yang diperlukan.[14]
a.
Treatment
Treatment
adalah uraian berbentuk esai yang menggambarkan alur penyajian program yang
dibuat, biasanya ditulis sebelum naskah siap. Dengan adanya treatment tersebut
kita mendapat gambaran yang jelas tentang urutan-urutan visual yang Nampak pada
media atau narasi dan percakapan yang menyertainya. Apapun yang akan dilakukan
harus tercantum dalam treatment tersebut, dan dengan adanya treatment maka akan
dapat dijadikan sebagai pedoman dalam pengembangan naskah selanjutnya.
b.
Story Board
yang dimaksud
dengan story board adalah gambar-gambar yang digrafiskan dalam kolom-kolom
naskah yang dibuat pada kertas atau kartu-kartu dalam ukuran yang kemudian
disusun menurut ukran penyajian yang sesuai dengan isi naskah dan biasanya
terletak di sebelah kiri kolom. Sedangkan di sebelah kanan berisi suara-suara
pelak atau music yang mengiringinya.
c.
Penulisan naskah
Setelah
treatmen disususn dengan baik sehingga dapat tergambar apa yang akan dilakukan,
maka tugas selanjutnya adalah penulisan naskah yang sesuai dengan topic
pembelajaran yang dikembangkan. Penulisan naskah audio lebih banyak bersifat
pendengaran sehingga script yang ditulis harus indah dan menarikuntuk didengar.
Sedangkan pada media film atau film bingkai, di samping suara juga penampilan
gambar yang lebih sesuai dengan alur cerita.[15]
6)
Mengadakan penilaian (evaluasi media) dan revisi
Penilaian media adalah kegiatan untuk menguji
atau mengetahui tingkat efektifitas dan kesesuaian media yang dirancang dengan
tujuan yang diharapkan dari program tersebut. Sesuatu program media yang oleh
pembuatnya dianggap telah baik, tetapi bila program itu tidak menarik, atau
sukar dipahami atau tidak merangsang proses belajar bagi siswa yang ditujunya,
maka program semacam ini tentu saja tidak dikatakan baik.
Evalusi media pembelajaran adalah suatu
tindakan proses atau kegiatan yang dilaksanakan dengan maksud untuk menentukan
nilai dari segala media atau alat yang digunakan dalam kegiatan belajar
mengajar. Penilaian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah media yang dibuat
tersebut dapat mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan atau tidak.[16]
Dalam melakukan evaluasi terhadap media
pembelajaran, pertanyaan pokok yang sering muncul adalah apa yang harus
dievaluasi. Ini berarti, setiap evaluator untuk melihat kembali fungsi dan
prinsip penggunaan media.
Dalam melakukan evaluasi terhadap media
pembelajaran, aspek psikologis perlu dipertimbangkan. Sebab aspek psikologis
inilah yang membuat orang memiliki gaya belajar berbeda. Menurut Michael
Gardner ada tiga gaya belajar yang dimiliki manusia yakni: gaya belajar visual
(belajar dengan cara melihat), gaya belajar audiotorial (belajar dengan cara
mendengar) dan gaya belajar kinestetik (belajar dengan cara bergerak, bekerja
dan menyentuh).
Tes atau uji coba tersebut dapat dilakukan baik
melalui perseorangan atau melalui kelompok kecil atau juga melalui tes lapangan,
yaitu dalam proses pembelajaran yang sesungguhnya dengan menggunakan media yang
dikembangkan. Sedangkan revisi adalah kegiatan untuk memperbaiki hal-hal yang
dianggap perlu mendapatkan perbaikan atas hasil dari tes.
Apabila dikaitkan dengan tujuan evaluasi
sebagaimana yang telah dikemukakan, maka ada berbagai jenis evualuasi terhadap
media pembelajaran. Berdasarkan prosesnya, evaluasi media ini terdiri dari
evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.[17]
Evaluasi formatif adalah proses yang
dimaksudkan untuk mengumpulkan data tentang efektifitas dan efisien bahan-bahan
pembelajaran (dalam hal ini medianya) untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Data-data tersebut dimaksudkan untuk memperbaiki dan menyempurnakan
media yang bersangkutan agar lebih efektif dan efisien.[18]
Dalam bentuk finalnya, setelah media tersebut
diperbaiki dan disempurnakan, maka data akan dikumpulkan untuk menentukan
apakah media tersebut patut digunakan dalam situasi-situasi tertentu atau media
tersebut benar-benar efektif seperti yang dilaporkan. Jenis evaluasi inilah
yang kemudian disebut dengan evaluasi sumatif.
Ada 3 tahapan dalam mengevaluasi atau menilai
suatu media pembelajaran diantaranya adalah :
a)
Evaluasi satu lawan Satu
Pada tahap ini
seorang designer memiilih beberapa orang siswa (tidak lebih dari tiga orang)
yang dapat mewakili populasi target dari media yang dibuat. Sajikan media
tersebut kepada mereka secara individual. Kalau media itu didesain untuk
belajar mandiri, biarkan siswa mempelajarinya, sementara pengembang (developer)
mengamatinya. Kedua orang siswa yang telah dipilih tersebut hendaknya satu
orang dari populasi target yang berkemampuan yang umumnya sedikit di bawah
rata-rata dan satu orang lagi diatas rata-rata. Dengan kata lain, dalam
menentukan kelompok ini variasi kemampuan akademis populasi target
dipertimbangkan.[19]
b)
Evaluasi kelompok kecil
Pada tahap ini
media perlu dicobakan kepada 10-12 orang siswa yang dapat mewakili populasi
target. Jumlah 10 merupakan jumlah minimal, sebab kalau kurang dari jumlah
tersebut data yang diperoleh kurang dapat menggambarkan populasi target.
Sabaliknya jika lebih dari 12, data atau informasi melebihi yang diperlukan,
akbibatnya kurang bermanfaat untuk dianalisis dalam kelompok kecil.
Siswa yang dipilih dalam kegiatan ini hendaknya
mencerminkan karakteristik populasi.Usahakan sampel tersebut terdiri dari
siswa-siswa yang kurang pandai, sedang, dan pandai, laki-laki dan perempuan,
berbagai usia dan latar belakang. [20]
c)
Evaluasi Lapangan
Evaluasi lapangan adalah tahap akhir dari
evaluasi formatif yang perlu dilakukan. Evaluasi lapangan diusahakan situasinya
semirip mungkin dengan situasi sebenarnya. Setelah melalui dua tahap evaluasi
di atas tentulah media yang dibuat sudah mendekatki kesempurnaan. Namun dengan
hal itu masih harus dibuktikan. Melalui evaluasi lapangan inilah, kebolehan
media yang kita buat itu diuji. Dalam melakukan evaluasi lapangan seorang
designer memilih sekitar 30 orang siswa sambil memperhatikan beragam
karakteristik seperti kepandaian, kelas sosial, latar belakang, jenis kelamin,
usia, kemajuan belajar, dan lain sebagainya sesuai dengan karakteristik
sasaran.[21]
Jika
semua langkah-langkah tersebut telah dilakukan dan telah dianggap tidak ada
lagi yang perlu direvisi, maka langkah selanjutnya adalah media tersebut siap
untuk diproduksi. akan tetapi bisa saja terjadi setelah dilakukan produksi
ternyata setelah disebarkan atau disajikan ada beberapa kekurangan dari aspek
materi atau kualitas sajian medianya (gambar atau suara) maka dalam kasus
seperti ini dapat pula dilakukan perbaikan (revisi) terhadap aspek yang
dianggap kurang. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan kesempurnaan dari media
yang dibuat, sehingga para penggunanya akan mudah menerima pesan-pesan yang
disampaikan melalui media tersebut.
Bila
langkah-langkah tersebut digambarkan dalam bentuk flowchart maka akan
diperoleh model pengembangan sebagai berikut[22]:
Perumusan butir
materi
|
Identifikasi
kebutuhan
|
Perumusan tujuan
|
Perumusan alat
pengukur keberhasilan
|
Penulisan naskah
media
|
Tes/uji coba
|
revisi
|
Naskah siap
produksi
|
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pentingnya Pengembangan Media Pembelajaran:
a. Menyesuakan perkembangan IPTEK.
b. Mencapai tujuan pembelajaran
c. Menumbuhkan sikap ketertarikan siswa pada suatu konsep.
Kriteria Pengembangan
Media Pembelajaran
b.
Dukungan terhadap isi
bahan pelajaran
c.
Kemudahan memperoleh
media
d.
Keterampilan guru dalam
menggunakannya
e.
Tersedia waktu untuk
menggunakannya,(tidak malah membuang2 waktu, ada waktu khusus untuk menggunakan
media tersebut) dan
f.
Sesuai dengan taraf
berfikir anak.
Prinsip-prinsip
Pengembangan Meda Pembelajaran:
a. Mengidentifikasi dan mengungkapkan dengan jelas gagasan dan membatasi topik
bahasan.
b. Program yang dikembangkan memiliki tujuan untuk menginformasikan,
memotivasi, atau intruksional.
c. Merumuskan tujuan yang akan dicapai.
d. Mengevaluasi karakteristik siswa yang akan menggunakan program tersebut.
e. Menyiapkan kerangka (outline) isi pelajaran.
f. Mempertimbangkan bahwa media apa saja yang paling sesuai untuk mencapai
tujuan.
g. Membuat storyboard untuk paket pelajaran.
h. Menyiapkan naskah
untuk frame per frame untuk dijadikan penuntun pada saat mengambil gambar.
DAFTAR PUSTAKA
Sadiman,
Arief S. dkk. 2003. Media Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Asnawir
dan Basyiruddin Usman. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta: Ciputat Press
Arief S.
Sadiman dkk. 2003. Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan, dan
Pemanfaatannya. Jakarta. PT. Raja Grafindo
[2] Asnawir dan Bsyiruddin Usman. Media Pembelajaran. Jakarta:
Ciputat Press. Hal: 136
[3] Arief S. Sadiman, dkk. Media Pendidikan. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada. Hal: 102
[4] Ibid. hal: 103
[5] Ibid. hal: 104
[6] Ibid. hal: 105
[7] Ibid. hal: 107
[8] Asnawir dan Basyiruddin Usman. Op.Cit. Hal: 139
[9]
http://isaansori888.blogspot.com/2013/03/prosedur-pengembangan-media-pembelajaran.html
[10] Arief, dkk. Op.Cit. Hal: 110
[11] Asnawir dan Basyiruddin Usman. Op.Cit. Hal: 139
[12] Arief, dkk. Op.Cit. Hal: 112
[13] Ibid.Hal: 112
[14] Asnawir dan Basyiruddin Usman. Op.Cit. Hal: 140
[15] Ibid. Hal: 141
[16] Arief, dkk. Op.Cit. Hal: 174
[17] Ibid. Hal: 174
[18] Ibid. Hal: 174
[19] Ibid. Hal: 175
[20] Ibid. Hal: 177
[21] Ibid. Hal: 178
[22] Arief S. Sadiman dkk. 2003. Media Pendidikan
Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta. PT. Raja Grafindo, hal 98
makasih bang
BalasHapus