Selasa, 16 September 2014

Pengembangan Media Pembelajaran

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring perkembangan ilmu dan teknologi, media pembelajaran yang digunakan semakin canggih dalam proses belajar mengajar. Pentingnya mengembangkan Media merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pembelajaran. Melalui media proses belajar mengajar bisa lebih menarik dan menyenangkan (joyfull learning), misalnya siswa yang memiliki ketertarikan terhadap warna maka dapat diberikan media dengan warna yang menarik. Begitu juga dengan siswa yang senang berkreasi selalu ingin menciptakan bentuk atau objek yang diinginkan, siswa tersebut dapat diberikan media yang sesuai, seperti plastisin, media balok bangun ruang, atau diberikan media gambar lengkap dengan cat. Dengan menggunakan media berteknologi seperti halnya komputer, sangat membantu siswa dalam belajar, seperti belajar berhitung, membaca, dan memperkaya pengetahuan.
Media pembelajaran yang baik harus memenuhi beberapa syarat. Penggunaan media mempunyai tujuan memberikan motivasi kepada siswa. Selain itu media juga harus merangsang siswa mengingat apa yang sudah dipelajari selain memberikan rangsangan belajar baru. Media yang baik juga akan mengaktifkan siswa dalam memberikan tanggapan, umpan balik, dan juga mendorong siswa untuk melakukan praktek-praktek dengan benar.
Keberhasilan penggunaan media, tidak terlepas dari bagaimana media itu direncanakan dan dipilih dengan baik. Media yang dapat mengubah perilaku siswa (behaviour change) dan meningkatkan hasil belajar siswa tertentu, tidak dapat berlangsung secara spontanitas, namun diperlukan analisis yang komprehensif dengan memperhatikan berbagai aspek yang dapat mempengaruhi keberhasilan pembelajaran. Aspek-aspek tersebut diantaranya tujuan, kondisi siswa, fasilitas pendukung, waktu yang tersedia, dan kemampuan guru untuk menggunakannya dengan tepat. Semua aspek tersebut perlu dituangkan dalam sebuah perencanaan pembuatan media.


1.2 Rumusan Masalah
1.      Apa saja pentingnya pengembangan media pembelajaran?
2.      Apa saja prinsip-prinsip pengembangan media pembelajaran?
3.      Apa saja prosedur – prosedur dalam pengembangan media pembelajaran

1.3 Tujuan Masalah
1.      Mengetahui pentingnya pengembangan media pembelajaran.
2.      Mengetahui prinsip-prinsip pengembangan media pembelajaran.
3.      Mengetahui prosedur – prosedur dalam pengembangan media pembelajaran.


BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pentingnya Pengembangan Media Pembelajaran[1]
          Banyak guru yang kurang menaruh perhatian terhadap media pembelajaran ketika mengajar di hadapan siswanya. Mereka hanya mengandalkan ucapan dirinya seperti mereka diajar oleh gurunya pada waktu sekolah zaman dahulu. Menurutnya, kalau topik pelajaran atau KD sudah disampaikan dengan lisan, siswa berarti sudah mengerti. Padahal, justru dengan lisan saja siswa akan cepat lupa sehingga tidak terdapat informasi yang melekat dalam memorinya. Belajar dengan menggunakaan media justru akan lebih mempermudah siswa untuk menangkap konsep yang ditambatkan ke dalam memorinya.
Peran media dalam proses belajar mengajar sangatlah penting untuk menunjang tercapainya tujuan pembelajaran. Media pembelajaran yang efektif dapat menumbuhkan sikap ketertarikan siswa terhadap suatu konsep. ”Media pembelajaran yang digunakan dapat mempengaruhi efektivitas pembelajaran” (Brown, dalam Gunawan, 2009:1). Pada awal perkembangannya, media pembelajaran hanya berfungsi sebagai alat bantu guru untuk mengajar yang berupa alat bantu visual,  sehingga lahirlah alat bantu audio-visual. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), maka penggunaan media visual dilengkapi dengan audio, hingga saat ini penggunaan alat bantu atau media pembelajaran menjadi semakin luas dan interaktif, seperti adanya komputer dan internet.
Untuk menyatakan bahwa suatu proses belajar mengajar dapat dikatakan berhasil, setiap guru memiliki pandangan masing – masing sejalan dengan filsafat. Karena itulah, suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahan pengajaran dinyatakan berhasil apabila hasilnya memenuhi tujuan intruksional khusus dari bahan tersebut.
Yang menjadi petunjuk bahwa suatu proses belajar mengajar dianggap berhasil adalah hal – hal berikut :
1.  Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individual maupun kelompok.
2.  Perilaku yang digariskandalam tujuan pengajaran telah dicapai oleh siswa, baik secara individual maupun kelompok.
Jadi Pentingnya media pembelajaran yang beraneka ragam jenisnya tentunya tidak akan digunakan seluruhnya secara serentak dalam kegiatan pembelajaran, namun hanya beberapa saja. Untuk itu perlu di lakukan pemilihan media tersebut. Agar pemilihan media pembelajaran tersebut tepat, maka perlu dipertimbangkan faktor/kriteria-kriteria dan langkah-langkah pemilihan media. Kriteria yang perlu dipertimbangkan guru atau tenaga pendidik dalam memilih media pembelajaran. menurut Nana Sudjana (1990: 4-5) yakni :
1.              Ketepatan media dengan tujuan pengajaran
2.              Dukungan terhadap isi bahan pelajaran
3.              Kemudahan memperoleh media
4.              Keterampilan guru dalam menggunakannya
5.              Tersedia waktu untuk menggunakannya 
6.              Sesuai dengan taraf berfikir anak.
Media pembelajaran dapat dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara lebih leluasa, kapanpun dan dimanapun, tanpa tergantung pada keberadaan seorang guru. Program-program pembelajaran audio visual, termasuk program pembelajaran menggunakan komputer, memungkin siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara mandiri, tanpa terikat oleh waktu dan tempat. Penggunaan media akan menyadarkan siswa betapa banyak sumber-sumber belajar yang dapat mereka manfaatkan untuk belajar. Perlu kita sadari bahwa alokasi waktu belajar di sekolah sangat terbatas, waktu terbanyak justru dihabiskan siswa di luar lingkungan sekolah.
Dengan mengembangkan media, proses pembelajaran menjadi lebih menarik sehingga mendorong siswa untuk mencintai ilmu pengetahuan. Kebiasaan siswa untuk belajar dari berbagai sumber tersebut, akan bisa menanamkan sikap kepada siswa untuk senantiasa berinisiatif mencari berbagai sumber belajar yang diperlukan.
2.2 Prinsip-prinsip Pengembangan Media Pembelajaran
Adapun prinsip-prinsip pengembangan media pembelajaran yaitu:
a.       Mengidentifikasi dan mengungkapkan dengan jelas gagasan dan membatasi topik bahasan.
b.      Program yang dikembangkan memiliki tujuan untuk menginformasikan, memotivasi, atau intruksional.
c.       Merumuskan tujuan yang akan dicapai.
d.      Mengevaluasi karakteristik siswa yang akan menggunakan program tersebut.
e.       Menyiapkan kerangka (outline) isi pelajaran.
f.       Mempertimbangkan bahwa media apa saja yang paling sesuai untuk mencapai tujuan.
g.      Membuat storyboard untuk paket pelajaran.
h. Menyiapkan naskah untuk frame per frame untuk dijadikan penuntun pada saat mengambil gambar.
2.2 Prosedur-prosedur Pengembangan Media Pembelajaran
Secara garis besar kegiatan pengembangan media pembelajaran terdiri atas tiga langkah besar yang harus dilalui, yaitu kegiatan perencanaan, produksi dan penilaian. Sementara itu, dalam rangka melakukan desain atau rancangan pengembangan program media. Arief Sadiman, dkk, memberikan urutan langkah-langkah yang harus diambil dalam pengembangan program media menjadi 6 (enam) langkah sebagai berikut:[2]
1)      Menganalisis kebutuhan dan karakteristik siswa
Kebutuhan dalam proses belajar mengajar adalah kesenjangan antara apa yang dimiliki siswa dengan apa yang diharapkan. Contoh jika kita mengharapkan siswa dapat melakukan sholat dengan baik dan benar, sementara mereka baru bisa takbir saja, maka perlu dilakukan latihan untuk ruku, sujud, dan seterusnya.
Setelah kita menganalisis kebutuhan siswa, maka kita juga perlu menganalisis karakteristik siswanya, baik menyangkut kemampuan pengetahuan atau keterampilan yang telah dimiliki siswa sebelumnya. Cara mengetahuinya bisa dengan tes atau dengan yang lainnya. Langkah ini dapat disederhanakan dengan cara mengenalisa topic-topik materi ajar yang dipandang sulit dan karenanya memerlukan bantuan media. Pada langkah ini sekaligus pula dapat ditentukan ranah tujuan pembelajaran yang hendak dicapai, termasuk rangsangan indera mana yang diperlukan (audio, visual, gerak atau diam).
contoh melakukan identifikasi kebutuhan dan karakteristik siswa:
Siswa MI diharapkan sudah berprilaku hidup sehat dengan rajin menggosok gigi, membuang sampah pada tempatnya, mandi 2 kali sehari, selalu berpakaian rapih dan tidak jajan sembarangan. namun dalam kenyataannya tidak sesuai dengan harapan. dengan demikian terjadi kebutuhan bagaimana meningkatkan sikap siswa untuk hidup bersih.
Adanya kebutuhan tersebut seyogyanya menjadi dasar pijakan dalam membuat media pembelajaran, sebab dengan dorongan kebutuhan inilah media dapat berfungsi dengan baik. dan media yang digunakan siswa, haruslah relevan dengan kemampuan  yang dimiliki siswa.

2)      Merumuskan tujuan
Tujuan merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan kita. Tujuan dapat memberikan arah tindakan yang kita lakukan.[3] Dalam proses belajar mengajar, tujuan instruksional merupakan faktor yang sangat penting. Tujuan dapat memberikan arah kemana siswa akan pergi, bagaimana ia harus pergi kesana, dan bagaimana ia tahu bahwa telah sampai ke tempat tujuan. Tujuan ini merupakan pernyataan yang menunjukkan perilaku yang harus dapat dilakukan siswa setelah ia mengikuti proses instruksional tertentu. Untuk dapat merumuskan tujuan instruksional dengan baik, ada beberapa ketentuan yang harus diingat, yaitu:
a.       Tujuan instruksional harus berorientasi kepada siswa.[4] Artinya tujuan instruksional itu benar-benar harus menyatakan adanya prilaku siswa yang dapat dilakukan atau diperoleh setelah proses belajar dilakukan.
b.      Tujuan harus dinyatakan dengan kata kerja yang operasional, artinya kata kerja itu menunjukkan suatu prilaku/perbuatan yang dapat diamati atau diukur.[5]
Beberapa contoh dari kategori kata operasional adalah sebagai berikut:[6]

Kata Kerja Operasional
Kata Kerja tidak Operasional
Membedakan
Mengidentifikasi
Menuliskan
Memecahkan
Menyusun
Membandingkan
Membuat
Dan sebagainya.
Mengerti
Mengetahui
Menghargai
Percaya
Menyukai
Dan sebagainya.


Sebuah tujuan pembelajaran hendaknya memiliki empat unsur pokok yang dapat kita akronimkan dalam ABCD (Audience, Behavior, Condition, dan Degree). Penjelasan dari masing-masing komponen tersebut sebagai berikut:
A =
Audience adalah menyebutkan sasaran/audien yang dijadikan sasaran pembelajaran
B =
Behavior adalah menyatakan prilaku spesifik yang diharapkan atau yang dapat dilakukan setelah pembelajaran berlangsung
C =
Condition adalah menyebutkan  kondisi yang bagaimana atau dimana sasaran dapat mendemonstrasikan kemampuannya atau keterampilannya
D =
Degree  adalah menyebutkan batasan tingkatan minimal yang diharapkan dapat dicapai.[7]


Contoh Rumusan Tujuan Pembelajaran:

Setelah mengikuti praktek sholat, siswa kelas 6 MI  dapat mempraktekkannya
                 (C)                                        (A)                           (B)
(sholat) dengan benar
                        (D) 

Siswa kelas VI SD   dapat menyebutkan pulau-pulau besar yang ada di
                (A)                                        (B)
Indonesia dengan benar
                      (D)
Dalam kurikulm berbasis kompetensi tujuan ini dirumusan dengan kompetensi berjejang dari:
b.             Standar Kompetensi
Yaitu kompetensi atau kemampuan yang distandarkan untuk jenjang, kelas, dan semester tertentu.
c.             Kompetensi Dasar
Yaitu kemampuan-kemampuan pokok yang membentuk kompetensi atau yang tercakup dalam kompetensi yang distandarkan tesebut. Kompetensi dasar ini merupakan penjabaran lebih rinci dari standar kompetensi.
d.            Indikator
Merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar yang ditandai oeh perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pegetahuan, dan keterampilan.

3)      Mengembangkan materi pembelajaran
Dalam pengembangan materi, tindakan yang dilakukan selanjutnya menganalisis tjuan-tujuan yang telah ditetapkan menjadi sub-sub kemampuan dan sub-sub keterampilan yang disusun secara baik, sehingga diperoleh bahan pengajaran yang terperinci yang dapat mendukung tujuan tersebut. Daftar kemampuan itulah yang menjadi bahan pengajaran yang disajikan kepada siswa. Dengan cara tersebut dapat diperoleh bahan pembelajaran yang lengkap dan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Setelah daftar pokok-pokok materi pembelajaran dapat tersusun dengan baik, selanjutnya mengorganisasikan urutan-urutan penyajiannya, yakni dari hal-hal yang sederhana menuju hal-hal yang rumit, dari hal-hal yang konkrit ke hal-hal yang abstrak, dari yang bersifat khusus ke hal-hal yang umum.[8]Ada beberapa jenis materi pembelajaran dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a)       Fakta yaitu segala hal yang berwujud kenyataan dan kebenaran.
b)      Konsep yaitu segala hal yang berwujud pengertian-pengertian baru yang bisa timbul sebagai hasil pemikiran.
c)       Prinsip yaitu berupa hal-hal utama,pokok,  dan memiliki posisi terpenting.
d)      Prosedur merupakan langkah-langkah sistematis atau berurutan dalam mengerjakan suatu aktivitas dan kronologi suatu system.
e)       Sikap atau nilai merupakan hasil belajar aspek sikap.
Penentuan materi pembelajaran dapat menempuh langkah-langkah sebagai berikut[9]:
a)      Identifikasi standar kompetensi dan kompetensi dasar.
Sebelum menentukan materi pembelajaran terlebih dahulu perlu diidentifikasi aspek-aspek keutuhan kompetensi yang harus dipelajari atau dikuasai peserta didik. Aspek tersebut perlu ditentukan,karena setiap standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik termasuk ranah kognitif, psikomotor ataukah afektif.
b)      Identifikasi jenis-jenis materi pembelajaran
Identifikasi dilakukan berkaitan dengan kesesuaian materi pembelajaran dengan tingkatan aktivitas/ranah pembelajarannya.
Materi yang dibelajarkan perlu diidentifikasi secara tepat agar pencapaian kompetensinya dapat diukur. Di samping itu, dengan mengidentifikasi jenis-jenis materi yang akan dibelajarkan, maka guru mendapatkan ketepatan dalam metode pembelajarannya. Sebab, setiap jenis materi pembelajaran memerlukan strategi, metode, media dan sistem evaluasi yang berbeda-beda.

4)      Merumuskan Alat Pengukur Keberhasilan
Alat pengukur keberhasilan seyogyanya dikembangkan terlebih dahulu sebelum naskah program ditulis.[10] Dan alat pengukur ini harus dikembangkan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai dan dari materi-materi pembelajaran yang disajikan. Bentuk alat pengukurnya bisa dengan tes, pengamatan, penugasan atau cheklist prilaku.[11]
Instrumen tersebut akan digunakan oleh pengembang media, ketika melakukan tes uji coba dari program media yang dikembangkannya. Misalkan alat pengukurnya tes, maka siswa nanti akan diminta mengerjakan materi tes tersebut. Kemudian dilihat bagaimana hasilnya. Apakah siswa menunjukkan penguasaan materi yang baik atau tidak dari efek media yang digunakannya atau dari materi yang dipelajarinya melalui sajian media. Jika tidak maka dimanakah letak kekurangannya. Dengan demikian, maka siswa dimintai tanggapan tentang media tersebut, baik dari segi kemenarikan maupun efektifitas penyajiannya.

Sebagai salah satu contoh tentang instrumen pengukur keberhasilan dari media yang dikembangkan oleh guru adalah sebagai berikut:
Rumusan Tujuan
Rumusan Materi
Instrumen Pengukur (Tes)
Siswa dapat menyebutkan jenis kalimat dalam bahasa arab
Jenis-jenis kalimat dalam bahasa arab
Sebutkan Jenis-jenis kalimat dalam bahasa arab!


5)      Menulis naskah Media

Naskah media adalah bentuk penyajian materi pembelajaran melalui media rancangan yang merupakan  penjabaran dari pokok-pokok materi yang telah disusun secara baik seperti yang telah dijelaskan di atas. Supaya materi pembelajaran itu dapat disampaikan melalui media, maka materi tersebut perlu dituangkan dalam tulisan atau gambar yang kita sebut naskah program media.[12]
Naskah program media maksudnya adalah sebagai penuntun kita dalam memproduksi media. Artinya menjadi penuntut kita dalam mengambil gambar dan merekam suara. Karena naskah ini berisi urutan gambar dan grafis yang perlu diambil oleh kamera atau bunyi dan suara yang harus direkam.[13] Dalam teknis penulisannya, naskah tersebut dilakukan melalui tahapan-tahapan.
Tahapan dalam pembuatan atau penulisan naskah adalah berawal dari adanya ide dan gagasan yang disesuaikan dengan tujuan pembelajaran. selanjutnya pengumpulan data dan informasi, penulisan sinopsis dan treatment, penulisan naskah, pengkajian naskah atau revisi naskah, revisi naskah sampai naskah siap diproduksi.
Ada beberapa macam bentuk naskah program media, namun pada prinsipnya mempunyai maksud yang sama, yaitu sebagai penuntun dan usaha memproduksi media pembelajaran. Naskah program media terdiri dari urutan gambar, caption atau grafis yang perlu diambil dengan alat kamera dan suara atau bunyi yang diambil dengan alat perekam suara. Lembaran naskah tersebut dibagi menjadi dua kolom, di sebelah kiri terdiri dari gambar, caption atau grafis. Sedangkan di sebelah kanan berisi narasi atau percakapan yang dibaca narator atau pelaku, dan suara lain yang diperlukan.[14]
a.       Treatment
Treatment adalah uraian berbentuk esai yang menggambarkan alur penyajian program yang dibuat, biasanya ditulis sebelum naskah siap. Dengan adanya treatment tersebut kita mendapat gambaran yang jelas tentang urutan-urutan visual yang Nampak pada media atau narasi dan percakapan yang menyertainya. Apapun yang akan dilakukan harus tercantum dalam treatment tersebut, dan dengan adanya treatment maka akan dapat dijadikan sebagai pedoman dalam pengembangan naskah selanjutnya.
b.      Story Board
yang dimaksud dengan story board adalah gambar-gambar yang digrafiskan dalam kolom-kolom naskah yang dibuat pada kertas atau kartu-kartu dalam ukuran yang kemudian disusun menurut ukran penyajian yang sesuai dengan isi naskah dan biasanya terletak di sebelah kiri kolom. Sedangkan di sebelah kanan berisi suara-suara pelak atau music yang mengiringinya.
c.       Penulisan naskah
Setelah treatmen disususn dengan baik sehingga dapat tergambar apa yang akan dilakukan, maka tugas selanjutnya adalah penulisan naskah yang sesuai dengan topic pembelajaran yang dikembangkan. Penulisan naskah audio lebih banyak bersifat pendengaran sehingga script yang ditulis harus indah dan menarikuntuk didengar. Sedangkan pada media film atau film bingkai, di samping suara juga penampilan gambar yang lebih sesuai dengan alur cerita.[15]

6)      Mengadakan penilaian (evaluasi media) dan revisi

Penilaian media adalah kegiatan untuk menguji atau mengetahui tingkat efektifitas dan kesesuaian media yang dirancang dengan tujuan yang diharapkan dari program tersebut. Sesuatu program media yang oleh pembuatnya dianggap telah baik, tetapi bila program itu tidak menarik, atau sukar dipahami atau tidak merangsang proses belajar bagi siswa yang ditujunya, maka program semacam ini tentu saja tidak dikatakan baik.
Evalusi media pembelajaran adalah suatu tindakan proses atau kegiatan yang dilaksanakan dengan maksud untuk menentukan nilai dari segala media atau alat yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar. Penilaian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah media yang dibuat tersebut dapat mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan atau tidak.[16]
Dalam melakukan evaluasi terhadap media pembelajaran, pertanyaan pokok yang sering muncul adalah apa yang harus dievaluasi. Ini berarti, setiap evaluator untuk melihat kembali fungsi dan prinsip penggunaan media.
Dalam melakukan evaluasi terhadap media pembelajaran, aspek psikologis perlu dipertimbangkan. Sebab aspek psikologis inilah yang membuat orang memiliki gaya belajar berbeda. Menurut Michael Gardner ada tiga gaya belajar yang dimiliki manusia yakni: gaya belajar visual (belajar dengan cara melihat), gaya belajar audiotorial (belajar dengan cara mendengar) dan gaya belajar kinestetik (belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh).
Tes atau uji coba tersebut dapat dilakukan baik melalui perseorangan atau melalui kelompok kecil atau juga melalui tes lapangan, yaitu dalam proses pembelajaran yang sesungguhnya dengan menggunakan media yang dikembangkan. Sedangkan revisi adalah kegiatan untuk memperbaiki hal-hal yang dianggap perlu mendapatkan perbaikan atas hasil dari tes.
Apabila dikaitkan dengan tujuan evaluasi sebagaimana yang telah dikemukakan, maka ada berbagai jenis evualuasi terhadap media pembelajaran. Berdasarkan prosesnya, evaluasi media ini terdiri dari evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.[17]
Evaluasi formatif adalah proses yang dimaksudkan untuk mengumpulkan data tentang efektifitas dan efisien bahan-bahan pembelajaran (dalam hal ini medianya) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Data-data tersebut dimaksudkan untuk memperbaiki dan menyempurnakan media yang bersangkutan agar lebih efektif dan efisien.[18]
Dalam bentuk finalnya, setelah media tersebut diperbaiki dan disempurnakan, maka data akan dikumpulkan untuk menentukan apakah media tersebut patut digunakan dalam situasi-situasi tertentu atau media tersebut benar-benar efektif seperti yang dilaporkan. Jenis evaluasi inilah yang kemudian disebut dengan evaluasi sumatif.
Ada 3 tahapan dalam mengevaluasi atau menilai suatu media pembelajaran diantaranya adalah :
a)      Evaluasi satu lawan Satu
Pada tahap ini seorang designer memiilih beberapa orang siswa (tidak lebih dari tiga orang) yang dapat mewakili populasi target dari media yang dibuat. Sajikan media tersebut kepada mereka secara individual. Kalau media itu didesain untuk belajar mandiri, biarkan siswa mempelajarinya, sementara pengembang (developer) mengamatinya. Kedua orang siswa yang telah dipilih tersebut hendaknya satu orang dari populasi target yang berkemampuan yang umumnya sedikit di bawah rata-rata dan satu orang lagi diatas rata-rata. Dengan kata lain, dalam menentukan kelompok ini variasi kemampuan akademis populasi target dipertimbangkan.[19]
b)      Evaluasi kelompok kecil
Pada tahap ini media perlu dicobakan kepada 10-12 orang siswa yang dapat mewakili populasi target. Jumlah 10 merupakan jumlah minimal, sebab kalau kurang dari jumlah tersebut data yang diperoleh kurang dapat menggambarkan populasi target. Sabaliknya jika lebih dari 12, data atau informasi melebihi yang diperlukan, akbibatnya kurang bermanfaat untuk dianalisis dalam kelompok kecil.
Siswa yang dipilih dalam kegiatan ini hendaknya mencerminkan karakteristik populasi.Usahakan sampel tersebut terdiri dari siswa-siswa yang kurang pandai, sedang, dan pandai, laki-laki dan perempuan, berbagai usia dan latar belakang. [20]
c)      Evaluasi Lapangan
Evaluasi lapangan adalah tahap akhir dari evaluasi formatif yang perlu dilakukan. Evaluasi lapangan diusahakan situasinya semirip mungkin dengan situasi sebenarnya. Setelah melalui dua tahap evaluasi di atas tentulah media yang dibuat sudah mendekatki kesempurnaan. Namun dengan hal itu masih harus dibuktikan. Melalui evaluasi lapangan inilah, kebolehan media yang kita buat itu diuji. Dalam melakukan evaluasi lapangan seorang designer memilih sekitar 30 orang siswa sambil memperhatikan beragam karakteristik seperti kepandaian, kelas sosial, latar belakang, jenis kelamin, usia, kemajuan belajar, dan lain sebagainya sesuai dengan karakteristik sasaran.[21]
Jika semua langkah-langkah tersebut telah dilakukan dan telah dianggap tidak ada lagi yang perlu direvisi, maka langkah selanjutnya adalah media tersebut siap untuk diproduksi. akan tetapi bisa saja terjadi setelah dilakukan produksi ternyata setelah disebarkan atau disajikan ada beberapa kekurangan dari aspek materi atau kualitas sajian medianya (gambar atau suara) maka dalam kasus seperti ini dapat pula dilakukan perbaikan (revisi) terhadap aspek yang dianggap kurang. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan kesempurnaan dari media yang dibuat, sehingga para penggunanya akan mudah menerima pesan-pesan yang disampaikan melalui media tersebut.
Bila langkah-langkah tersebut digambarkan dalam bentuk flowchart maka akan diperoleh model pengembangan sebagai berikut[22]:


Perumusan butir materi
Identifikasi kebutuhan
Perumusan tujuan
Perumusan alat pengukur keberhasilan
Penulisan naskah media
Tes/uji coba
revisi
Naskah siap produksi
 





BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pentingnya Pengembangan Media Pembelajaran:
a.       Menyesuakan perkembangan IPTEK.
b.      Mencapai tujuan pembelajaran
c.       Menumbuhkan sikap ketertarikan siswa pada suatu konsep.
Kriteria Pengembangan Media Pembelajaran
b.      Dukungan terhadap isi bahan pelajaran
c.       Kemudahan memperoleh media
d.      Keterampilan guru dalam menggunakannya
e.       Tersedia waktu untuk menggunakannya,(tidak malah membuang2 waktu, ada waktu khusus untuk menggunakan media tersebut) dan 
f.       Sesuai dengan taraf berfikir anak.
Prinsip-prinsip Pengembangan Meda Pembelajaran:
a.       Mengidentifikasi dan mengungkapkan dengan jelas gagasan dan membatasi topik bahasan.
b.      Program yang dikembangkan memiliki tujuan untuk menginformasikan, memotivasi, atau intruksional.
c.       Merumuskan tujuan yang akan dicapai.
d.      Mengevaluasi karakteristik siswa yang akan menggunakan program tersebut.
e.       Menyiapkan kerangka (outline) isi pelajaran.
f.       Mempertimbangkan bahwa media apa saja yang paling sesuai untuk mencapai tujuan.
g.      Membuat storyboard untuk paket pelajaran.
h. Menyiapkan naskah untuk frame per frame untuk dijadikan penuntun pada saat mengambil gambar.



         
DAFTAR PUSTAKA
Sadiman, Arief S. dkk. 2003. Media Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Asnawir dan Basyiruddin Usman. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta: Ciputat Press
Arief S. Sadiman dkk. 2003. Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta. PT. Raja Grafindo





[2] Asnawir dan Bsyiruddin Usman. Media Pembelajaran. Jakarta: Ciputat Press. Hal: 136
[3] Arief S. Sadiman, dkk. Media Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Hal: 102
[4] Ibid. hal: 103
[5] Ibid. hal: 104
[6] Ibid. hal: 105
[7] Ibid. hal: 107
[8] Asnawir dan Basyiruddin Usman. Op.Cit. Hal: 139
[9] http://isaansori888.blogspot.com/2013/03/prosedur-pengembangan-media-pembelajaran.html
[10] Arief, dkk. Op.Cit. Hal: 110
[11] Asnawir dan Basyiruddin Usman. Op.Cit. Hal: 139
[12] Arief, dkk. Op.Cit. Hal: 112
[13] Ibid.Hal: 112
[14] Asnawir dan Basyiruddin Usman. Op.Cit. Hal: 140

[15] Ibid. Hal: 141
[16] Arief, dkk. Op.Cit. Hal: 174
[17] Ibid. Hal: 174
[18] Ibid. Hal: 174
[19] Ibid. Hal: 175
[20] Ibid. Hal: 177
[21] Ibid. Hal: 178
[22] Arief S. Sadiman dkk. 2003. Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta. PT. Raja Grafindo, hal 98

1 komentar: