Kamis, 29 Mei 2014

Oase dakwah "Rajab, Bulan Kemenangan"



'Oase Dakwah'
Penyejuk Hati Penggugah Jiwa

Edisi Sejarah Bulan Rajab
Kamis,  29 Mei 2014

“Rajab, Bulan Kemenangan”

Bulan Rajab dikenal oleh sebagian besar kaum muslimin di dunia sebagai bulan terjadinya Isra’ dan Mi’raj Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam . Sebuah perjalanan hamba Allah di malam hari, sebagai pelipur lara ditinggalnya oleh sang kekasih, Khadijah dan sang pelindung, Abu Thalib. Perjalanan yang mempunyai misi penyerahan tongkat estafeta dakwah, dari para rasul sebelumnya kepada Muhammad, rasul terakhir.

Perjalanan yang menghasilkan tugas melaksanakan shalat lima waktu sehari semalam. Perjalanan yang dinilai sebagai simbol kemenangan pertama umat Islam, sebagai pewaris Masjid Al-Aqsha. Kemenangan pertama umat Islam dalam pembebasan Masjid Al-Aqsha dilalui tanpa pertumpahan darah. Delapan belas tahun kemudian, Umar bin Khattab mengikuti jejak pendahulunya dalam membebaskan Masjid Al- Aqsha, pun tanpa pertumpahan darah. Umar memberikan janji kepada penduduk Elia (Al- Quds), yang ketika itu dikuasai Romawi. Perjanjian ini dikenal dengan sebutan “Al-‘Uhdah Al-‘Umariyah” Di hari-hari ini, kita sedang memperingati sebuah pertempuran dalam penaklukan besar Islam dari kiblat yang pertama. Kita juga meneladani seorang model pahlawan penakluk, yang bekerja mengeluarkan sebuah bangsa dari krisis. Ia adalah Yusuf bin Ayyub, yang dikenal dengan sebutan An-Nashir Shalahuddin Al- Ayyubi dalam pertempuran Hittin. Umat Islam sebelum masa pemerintahannya mengeluhkan ketidakadilan, korupsi ada di mana-mana. Ketika ia mengambil alih kementerian di Mesir, dengan berkat karunia Allah, ia mengambil langkah positif yang signifikan dalam menyatukan umat Islam. Ia meneriakkan syiar “Perbaikan Akidah”. Karena keimanan sebagian besar umat Islam pada masa itu sudah rusak. Shalahuddin melihat akan bahaya kerusakan akidah dan moralitas tersebut serta perpecahan sesama umat Islam.

Sebagai langkah pertama dalam memperbaiki aqidah, beliau mendirikan sekolah-sekolah yang bermazhab ahlus sunnah wal jama’ah . Sebelum Shalahuddin memimpin, Mesir dikuasai Daulah Fathimiyah yang berhaluan Syi’ah. Tidak mudah merubah mazhab dari Syi’ah ke ahlus sunnah karena paham Fathimiyah telah mengakar selama lebih dari dua ratus tahun. Sampai sekarang pun di Mesir masih banyak orang yang berpemahaman Syi’ah.

Setelah Shalahuddin berhasil dengan langkah pertama, ia bergerak menuju langkah kedua, yaitu “Menyatukan Wilayah Muslim”, yang dengan cara itu ia dapat menghadapi musuh- musuh Islam dalam satu barisan, tidak ada pertikaian dalam barisan tersebut. Langkah ini bukannya tidak ada masalah, ia berhadapan dengan Gubernur Aleppo (Halb) yang tidak mau membukakan pintu wilayahnya. Ia juga menemukan banyak sekali halang rintangan hingga ia menghadapi percobaan pembunuhan. Namun Allah menyelamatkannya dari ujian tersebut. Begitulah Shalahuddin mengerahkan upaya besar untuk menyatukan Umat Islam.

Setelah umat Islam bersatu, kemudian ia mulai untuk menghadapi musuh Tentara Salib yang terdiri dari seluruh negara Eropa. Mereka berkumpul dalam pasukan tentara dengan jumlah besar yang bergerak melawan pejuang Muslim. Antara pasukan Salib dan pasukan Shalahuddin banyak sekali terjadi pertempuran, namun pasukan Shalahuddin lebih banyak memenangkan pertempuran tersebut. Diantaranya adalah pertempuran di Hittin kemudian diikuti dengan penaklukan al-Quds (Yerusalem).
Diantara kejadian masyhur dalam pembebasan Al-Quds adalah peristiwa gencatan senjata antara Shalahuddin dan Arnat, yang merupakan seorang pemimpin Salib wilayah Karak. Salah satu poin dalam gencatan senjata tersebut adalah diperbolehkannya kafilah Islam untuk berpindah antara negeri Mesir dan Syam tanpa ada hambatan. Tapi poin ini dikhianati oleh Arnat. Mereka menghadang kafilah kaum muslimin dan menyita semua barang-barang serta menangkap para pemudanya. Lebih dari itu, mereka menghina kaum muslimin dan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam . Arnat
berkata: “Jika kalian percaya kepada Muhammad maka panggillah ia sekarang untuk membebaskan kalian.” Kejadian itu terjadi pada tahun 572 H. Ketika Salahuddin mengetahui pengkhianatan tersebut dan pelecehan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam , memuncaklah kemarahannya karena Allah dan Rasul-Nya. Ia bersumpah, apabila Allah memenangkan pertempuran ini, ia sendiri yang akan membunuh Arnat dengan tangannya. Shalahuddin menyiapkan pasukannya dan membakar jiwa-jiwa mereka. Setelah musyawarah dilakukan sesuai perintah Allah dalam firman-Nya: “Dan bermusyawarahlah kalian dalam berbagai urusan…” (QS. Ali Imran: 159), mereka sepakat untuk keluar berperang menghadapi musuh setelah shalat Jum’at. Saat keluar, mereka meneriakkan takbir, bersimpuh di hadapan Allah seraya memohon kemenangan. Bertemulah dua pasukan dan terjadi pertempuran yang sangat dahsyat. Allah Ta’ala memenuhi janjinya sebagaimana firman Allah: “Jika kalian menolong agama Allah niscaya Allah akan memenangkan kalian” (QS. Muhammad: 7). Dan firman Allah: “dan telah dibenarkan janji Kami memenangkan orang-orang mukmin” (QS. Ar- Ruum: 47). Allah menuliskan kemenangan bagi umat Islam dan ini merupakan kemenangan besar. Setelah pertempuran selesai, Shalahuddin pun sujud syukur atas kemenangan yang telah Allah berikan. Beliau mencari Arnat yang telah menghina Rasulullah. Setelah bertemu, Shalahuddin menawarinya untuk masuk Islam tapi Arnat menolak. Maka Shalahuddin memenuhi sumpahnya.

Kemenangan besar dalam pembebasan Masjid Al-Aqsha itu terjadi pada tanggal 27 Rajab 583 H./ 2 Oktober 1187 M. Bulan Rajab adalah bulan kemenangan dalam pembebasan Masjid Al- Aqsha. Kemenangan pertama pada peristiwa Isra’, kemudian delapan belas tahun sesudahnya, Umar menaklukkan kota itu, dan Shalahuddin membebaskannya dari tentara Salib pada bulan yang sama. Pelajaran dari kisah di atas adalah meskipun Umat Islam saat ini hidup dalam krisis dan pertikaian internal dan eksternal, di tengah- tengah penderitaan yang meliputi bangsa dari semua sisi, kita melihat harapan memancar dari sudut rasa sakit, untuk memberikan semangat baru dan optimisme, yang dapat menemukan jalan keluar dari apa yang melanda umat Islam. Sesungguhnya jalan keluar itu terbentuk dari keimanan, sikap jujur kepada Allah, dan sikap menghadapi musuh Allah. Momentum bulan Rajab adalah momentum kemenangan.

Kemenangan itu dimulai dengan keimanan yang kuat kepada Allah, lalu persatuan antara umat Islam yang tidak dapat dipecah dengan isu-isu yang tidak bertanggung jawab. Setelah keimanan dan persatuan dapat berpadu, maka tidak ada satupun kekuatan yang dapat mengalahkannya. Semoga Allah senantiasa memberikan kita kemenangan dan dapat melaksanakan shalat di Masjid Al-Aqsha dalam kondisi sudah merdeka.


Ustadz Salman Al Farisy, Lc,MA

Selasa, 20 Mei 2014

Oase Dakwah "Tips Menghindari Perceraian"


'Oase Dakwah'
Penyejuk Hati Penggugah Jiwa

Edisi Rumah Tangga
Selasa,  20 Mei 2014

“Hindari Perceraian, Para Istri
Harus Hindari 7 Sifat”

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam bersabda, “Maukah kamu keberitahu suatu harta simpanan (perhiasan) yang sangat baik? Yaitu wanita shalihah, yang apabila kamu melihatnya, ia menyenangkan. Apabila kamu perintah, dia patuh. Dan apabila ditinggal pergi, dia selalu menjaga diri dan harta suaminya.” (Riwayat Abu Dawud)

Kalau dilihat dia menyenangkan, hal itu disebabkan budi luhur, pakaian bersih, dandanan yang serasi di hadapan suaminya, dan berusaha semaksimal mungkin untuk tampil menarik hanya di depan suami dan anak-anaknya.

Senin, 12 Mei 2014

Oase Dakwah "20 Sen"


'Oase Dakwah'
Penyejuk Hati Penggugah Jiwa..

Senin, 12 Mei 2014

''20 Sen ''

TERSEBUTLAH kisah, seorang Imam yang dipanggil ke suatu tempat untuk menjadi Imam di sebuah masjid. Ia pun hendak berangkat ke tempat itu, telah menjadi kebiasaan, Imam tersebut selalu menaiki bus untuk pergi ke masjid.

Pada suatu hari, selepas Imam tersebut membayar tiket dan duduk di dalam bus, dia tersadar saat kondektur bus tersebut memberikan uang kembaliannya. Namun ternyata uang itu lebih dari yang harus ia bawa, sebanyak 20 sen. Sepanjang perjalanan Imam tersebut memikirkan tentang uang 20 sen tersebut.

Selasa, 06 Mei 2014

Oase Dakwah "5 Tipe Wanita Menurut Al-Qur`an"



'Oase Dakwah'
Penyejuk Hati Penggugah Jiwa..
Edisi:
Selasa, 6 Mei 2014

5 Tipe Wanita Menurut Al-Qur’an. Yang Mana Tipe Anda?

Tipe Wanita - Saat memasuki sebuah showroom, butik, atau toko yang menjual pakaian wanita , kita akan mendapatkan pakaian dengan berbagai bentuk, corak, dan ragamnya. Mau pilih yang mana? Semuanya terserah kita. Sebab kita sendiri yang akan memakainya. Kita pula yang akan menerima konsekuensi dari memakai pakaian tersebut.
Pakaian dapat kita analogikan dengan kepribadian. Seperti halnya pakaian, kepribadian wanita pun memiliki beragam jenis dan corak. Kita diberi kebebasan untuk memilih tipe mana saja yang paling disukainya. Namun ingat, dalam setiap pilihan ada tanggung jawab yang harus dipikul.. Karena itu, agar tidak menyesal di kemudian hari, Al-Qur’an memberi tuntunan kepada orang orang beriman (khususnya Muslimah) agar tidak salah dalam memilih kepribadian. Setidaknya ada lima tipe wanita dalam Al-Qur’an, yakni:
Pertama, tipe pejuang. Wanita tipe pejuang memiliki kepribadian kuat. Ia berani menanggung risiko apa pun saat keimanannya diusik dan kehormatannya dilecehkan. Tipe ini diwakili oleh Siti Asiyah binti Mazahim, istri Fir’aun. Walau berada dalam cengkraman Fir’aun, Asiyah mampu menjaga aqidah dan harga dirinya sebagai seorang Muslimah. Asiyah lebih memilih istana di surga daripada istana di dunia yang dijanjikan Fir’aun. Allah SWT mengabadikan do’anya, “Dan Allah menjadikan perempuan Fir’aun teladan bagi orang-orang beriman, dan ia berdo’a : Ya Tuhanku, bangunlah untukku sebuah rumah di sisiMu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Fir’aun dan perbuatannya dan selamatkan aku dari kaum yang dzalim.” (QS. At-Tahriim: 11).
Kedua, tipe wanita shalihah yang menjaga kesucian dirinya. Tipe ini diwakili Maryam binti Imran. Hari-harinya ia isi dengan ketaatan kepada Allah. Ia pun sangat konsisten menjaga kesucian dirinya. “Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki, sedang tidak pernah seorang manusia pun menyentuhku dan aku bukan (pula) seorang pezina!” demikian ungkap Maryam (QS. Maryam:20).
Karena keutamaan inilah, Allah SWT mengabadikan namanya sebagai nama salah satu surat dalam Al-Qur’an (QS. Maryam [19]). Maryam pun diamanahi untuk mengasuh dan membesarkan Kekasih Allah, Isa putra Maryam (QS. Maryam [19] : 16-34). Allah SWT memuliakan Maryam bukan karena kecantikannya, namun karena keshalihan dan kesuciannya.

Ketiga, tipe penghasut, tukang fitnah, dan biang gosip. Tipe ini diwakili Hindun, istrinya Abu Lahab. Al-Qur’an menjulukinya sebagai “pembawa kayu bakar” alias penyebar fitnah. Dalam istilah sekarang, wanita penyiram bensin.
“Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya ia akan binasa. demikian pula istrinya, pembawa kayu bakar yang di lehernya ada tali dari sabut.” (QS. Al-Lahab: 1-5). Bersama suaminya, Hindun bahu membahu menentang dakwah Rasulullah SAW, menyebar fitnah, dan melakukan kezaliman. Isu yang awalnya biasa, menjadi luar biasa ketika diucapkan Hindun.
Keempat, tipe wanita penggoda. Tipe ini diperankan Zulaikha saat menggoda Nabi Yusuf. Petualangan Zulaikha diungkapkan dalam Al-Qur’an,
“Dan wanita (Zulaikha) yang Yusuf tinggal di rumahnya menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya (kepadanya) dan dia menutup pintu-pintu, seraya berkata, “Marilah ke sini.” Yusuf berkata, “Aku berlindung kepada Allah, sungguh tuanku telah memperlakukan aku dengan baik.” Sesungguhnya orang-orang yang zalim tiada akan beruntung.” (QS. Yusuf: 23).
Kelima,  tipe wanita pengkhianat dan ingkar terhadap suaminya. Allah SWT memuji wanita yang tidak taat kepada suaminya yang zalim, seperti dilakukan perempuan Fir’aun (QS. At-Tahriim: 11). Namun, pada saat bersamaan Allah pun mengecam perempuan yang bekhianat kepada suaminya (yang shaleh). Istrinya Nabi Nuh dan Nabi Luth mewakili tipe ini. Saat suaminya memperjuangkan kebenaran, mereka malah menjadi pengkhianat dakwah.
Difirmankan, “Allah membuat istri Nuh dan istri Luth perumpamaan bagi orang-orang kafir. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang shaleh di antara hamba-hamba Kami; lalu kedua istri itu berkhianat kepada kedua suaminya, maka kedua suaminya itu tiada dapat membantu mereka sedikit pun dari (siksa) Allah; dan dikatakan (kepada keduanya) : Masuklah ke neraka bersama orang-orang yang masuk (neraka).” (QS. At-Tahriim: 10).
Wanita-wanita yang dikisahkan Al-Qur’an ini hidup ribuan tahun lalu. Namun karakteristik dan sifatnya tetap abadi sampai sekarang. Ada tipe pejuang yang kokoh keimanannya, ada wanita shalihah yang tangguh dalam ibadah dan konsisten menjaga kesucian diri, ada pula tipe penghasut, penggoda, dan pengkhianat.
Terserah kita mau pilih yang mana. Bila memilih tipe pertama dan kedua, maka kemuliaan dan kebahagiaan yang akan kita dapatkan. Sedangkan bila memilih tiga tipe terakhir, kehinaan di dunia dan kesengsaraan akhiratlah akan kita rasakan.
“Dan sesungguhnya Kami telah menurunkan kepada kamu ayat-ayat yang memberi penerangan, dan contoh-contoh dari orang-orang yang terdahulu sebelum kamu dan pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. An-Nuur: 34). Wallaahu a’lam.