BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan merupakan kebutuhan manusia sepanjang hidup dan selalu
berubah lantaran mengikuti perkembangan zaman, teknologi, dan budaya
masyarakat. Pendidikan dari masa ke masa mengalami kemajuan yang sangat pesat,
demikian juga piranti pendidikan yang canggih, oleh sebab itu perubahan yang
terjadi di tengah masyarakat adalh diakibatkan oleh majunya dunia pendidikan,
pendidikan tidak hanya merambah dunia nyata akan tetapi sudah merambah dunia
maya, yang menurut pemikiran lama masih dalam bentuk khayalan dan angan-angan,
sekarang sudah dalam bentuk kenyataan.
Sekarang orang sudah dapat mengakses informasi-informasi melalui
media (internet) dari jarak jauh dan tidak mutlak dilakukan dengan tatap muka
atau berhadapan, seketika orang sudah mendapat informasi melalui televisi yang live.
Perkembangan dan perubahan pendidikan yang maju menuntut kita untuk
mempersiapinya dengan matang pula, tenaga pengajar dituntut untuk mengembangkan
kemampuan dirinya dengan pengetahuan, keterampilan dan keahlian agar guru dan
dosen tidak tergilasnya oleh majunya pendidikan, dalam situasi bagaimanapun
sang guru dan dosen tetap menjadi kemudi untuk mencapai masyarakat madani.
Desain Pembelajaran adalah tata cara yang dipakai untuk
melaksanakan proses pembelajaran. Konsep desain pembelajaran pertama sekali
dimanfaatkan pada perang dunia II dan sesudahnya. Menurut Jerrold E. Kemp, pada
waktu itu para psikolog memperkenalkan teori baru tentang proses
pembelajaranmanusia, termasuk pentingnya merinci tugas yang akan dipelajari dan
dilaksanakan, dan kebutuhan siswa untuk berperan aktif agar mereka benar-benar
belajar. Pada waktu yang sama, ahli media audi visual menggunakan asas belajar
yang diketahui dalam merancang film dan media pengajaran lainnya. (Martinis
Yamin, 2010: 10)
Persoalan bagaimana mengembangkan suatu desain pembelajaran, ternyata
bukanlah hal yang mudah, serta tidak sederhana yang kita bayangkan. Dalam skala
mikro, model desain pembelajaran berfungsi sebagai salah suatu alat dan pedoman
untuk mengantar peserta didik sesuai dengan harapan dan cita–cita masyarakat.
Oleh karena itu, proses mendesain dan merancang suatu desain pembelajaran mesti
memperhatikan sistem nilai (Value System) yang berlaku beserta perubahan –
perubahan yang terjadi di masyarakat itu. Disamping itu, karena model desain
pembelajaran juga harus memperhatikan segala aspek yang terjadi pada peserta
didik. Persoalan–persoalan tersebut yang mendorong begitu kompleknya proses
pengembangan model desain pembelajaran. Sehingga, pada makalah ini penulis akan
memaparkan secara gambling tentang beberapa model desain pembelajaran beserta
menganalisisnya satu per- satu.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah
yang telah diuraikan sebelumnya, maka rumusan
masalah dalam makalah ini adalah “Bagaimana Analisa terhadap beberapa Model Desain Sistem Pembelajaran”.
1.3 Tujuan Masalah
Makalah
ini bertujuan untuk “Mengetahui hasil analisa terhadap beberapa Model Desain
Pembelajaran”.
yang
dilakukan secara sistematik dan sistemik diharapkan dapat membantu seorang
perancang program, guru, dan instruktur dalam menciptakan program pembelajaran
yang efektif, efisien, dan menarik.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Apabila antara
pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah
terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut
dengan model pembelajaran. Jadi, model pembelajaran pada dasarnya
merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang
disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan
bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik
pembelajaran.
Komponen
utama dari desain pembelajaran adalah:
·
Pembelajar (pihak yang menjadi
fokus) yang perlu diketahui meliputi, karakteristik mereka,
kemampuan awal dan pra syarat.
·
Tujuan Pembelajaran (umum dan
khusus) Adalah penjabaran kompetensi yang akan dikuasai oleh pembelajar.
·
Analisis Pembelajaran, merupakan
proses menganalisis topik atau materi yang akan dipelajari
·
Strategi Pembelajaran, dapat
dilakukan secara makro dalam kurun satu tahun atau mikro dalam kurun satu
kegiatan belajar mengajar.
·
Bahan Ajar, adalah format materi
yang akan diberikan kepada pembelajar
·
Penilaian Belajar, tentang
pengukuran kemampuan atau kompetensi yang sudah dikuasai atau belum.
2.1 Model Dick dan Carey
Perancangan pengajaran menurut system pendekatan model Dick dan
Carey, yang dikembangkan oleh Walter Dick dan Lou Carey (1990). (Trianto, 2010:
89).
Dick, Carey, dan Carey (2001) memandang desain pembelajaran sebagai
sebuah system dan menganggap pembelajaran adalah proses yang sistematis. Pada
kenyataannya cara kerja yang sistematis inilah dinyatakan sebagai model
pendekatan system. Dipertegas oleh Dick, Carey, dan Crey (2001) bahwa
pendekatan system selalu mengacu kepada tahapan umum system pengembangan
pembelajaran (Instructional System Development/ISD). Jika berbicara masalah
desain maka masuk ke dalam proses, dan jika mengunakan istilah Instructional
Design (ID) mengacu pada Instructional System Development (ISD) yaitu tahapan analisis, desain,
pengembangan, implementasi, dan evaluasi. Instructional desain inilah yang
menjadi payung bidang (Dick, Carey, dan Crey
2001).
Model pembelajaran Dick, Carey, dan Carey baik dalam keadaan formal
maupun non formal adalah sama. Komponen model Dick, Carey, dan Carey dalam
keadaan formal meliputi, pembelajar, pebelajar, materi, dan lingkungan.
Demikian pula di lingkungan non formal meliputi, warga belajar (pebelajar)
tutor (pembelajar), materi, dan lingkungan pembelajaran. Semua komponen saling
berinteraksi dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
Untuk mengetahui kinerja dari interaksi komponen-komponen tersebut,
maka perlu mengembangkan format evaluasi. Jika hasil evaluasi pebelajar kurang
baik, maka komponen tersebut direvisi untuk mencapai kriteria efektif dalam
mencapai tujuan yang ditetapkan. Model ini menekankan pada aspek revisi atau
perbaikan pembelajaran yang menyeluruh dari PBM. Dalam hal ini, revisi
dilakukan dalam batas tugas seorang pengajar. (Dewi Salma, 2009:35)
Komponen
model Dick, Carey, dan Carey dipengaruhi oleh Condition of Learning hasil
penelitian Robert Gagne yang dipublikasikan pertama kali pada tahun 1965.
Condition of learning ini berdasarkan asumsi psikologi behavioral, psikologi
cognitive, dan konstruktivisme yang diterapkan secara eklektic (Dick, Carey, dan
Carey, 2001). Tiga proyek utama yang dihasilkan oleh Gagne (Bostock, 1996)
yaitu 1) instructional events, 2) types of learning outcomes, 3) internal
conditions and external conditions. Ketiganya merupakan masukan yang
penting dalam memulai kegiatan desain pembelajaran.
Perbedaan
model pembelajaran Dick, Carey, dan Carey dengan ahli lain ialah para ahli
menyebutkan desain pembelajaran sebagai metode yang sistematis (perencanaan,
pengembangan, evaluasi, dan management proses) tetapi bukan pendekatan sistematis. Sedangkan komponen dasar system meliputi
learners, objectives, methods, dan evaluation yang selanjutnya dikembangkan
menjadi 9 (Sembilan) rencana desain pembelajaran. Seperti yang diuraikan
sebelumnya, tahapan model pengembangan system pembelajaran (Instructional
System Development/ISD) Dick, Carey, dan Carey (2001) terdiri dari 10 tahapan.
Tahapan tersebut dapat dicermati sebagaimana dalam gambar di bawah ini. Khusus
tahapan ke 10 tidak dimasukkan dalam gambar, karena itu landasan teori
penelitian ini dikembangkan berdasarkan 9 tahapan. Berikut dijelaskan tahapan
pengembangan system pembelajaran Dick, Cary, dan Carey: (Trianto, 2010: 90)
Gambar 2.1 Model desain system
pembelajaran Dick dan Carey
1. Analisis
kebutuhan untuk menentukan tujuan
Tujuan pembelajaran dapat diperoleh
dari serangkaian tujuan pembelajaran yang ditemukan dari analisis kebutuhan,
yaitu kesulitan-kesulitan pebelajar dalam praktek pembelajaran yang dilakukan
oleh para ahli di bidang atau beberapa keperluan untuk pembelajaran yang
aktual.
2. Melakukan
analisis pembelajaran
Menentukan langkah yang dilakukan
untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut. Langkah terakhir dalam proses
analisis tujuan pembelajaran adalah menentukan keterampilan, pengetahuan, dan
sikap yang disebut sebagai entry behavior (perilaku awal/masukan) yang
diperlukan oleh warga belajar untuk memulai pembelajaran.
3. Analisis
pebelajar dan lingkungannya
Analisis terhadap pebelajar dan
konteks di mana mereka belajar. Sikap dan keterampilan yang lebih disukai pebelajar
saat ini, ditentukan berdasarkan karakteristik atau setting pembelajaran dan
setting lingkungan tempat keterampilan diterapkan.
4. Merumuskan
tujuan khusus
Mencatat pernytaan khusus tentang
apa yang pebelajar lakukan setelah menerima pembelajaran, yang didapat dari
hasil analisis tujuan pembelajaran dan pernyataan perilaku awal pebelajar.
Analisis ini bertujuan untuk mengidentifikasi keterampilan yang dipelajari,
kondisi pencapaian unjuk kerja, dan kriteria pencapaian unjuk kerja.
5. Mengembangkan
instrumen penilaian
Berdasarkan tujuan pembelajaran yang
tertulis, mengembangkan produk evaluasi untuk mengukur kemampuan pebelajar
melakukan tujuan pembelajaran. Penekanan utama berada pada hubungan perilaku
yang tergambar dalam tujuan pembelajaran untuk apa melakukan penilaian.
6. Mengembangkan
strategi pembelajaran
Strategi pembelajaran meliputi;
kegiatan prapembelajaran (pre-activity), penyajian informasi, praktek dan umpan
balik (practice and feedback, pengetesan (testing), dan mengikuti kegiatan
selanjutnya. Strategi pembelajaran berdasarkan teori dan hasil penelitian,
karakteristik media pembelajaran yang digunakan, bahan pembelajaran, dan
karakteristik warga belajar yang menerima pembelajaran. Prinsip-prinsip inilah
yang digunakan untuk memilih materi strategi pembelajaran yang interaktif.
7. Mengembangkan
materi pembelajaran
Materi pembelajaran meliputi :
petunjuk untuk tutor, modul untuk warga belajar, transparansi OHP, videotapes,
format multimedia, dan web untuk pembelajaran jarak jauh. Pengembangan materi pembelajaran
tergantung kepada tipe pembelajaran, materi yang relevan, dan sumber belajar
yang ada disekitar perancang.
8. Merancang
dan mengembangkan evaluasi formatif
Dalam merancang dan mengembangkan
evaluasi formative yang dihasilkan adalah instrumen atau angket penilaian yang
digunakan untuk mengumpulkan data (uji perorangan (one-to-one), uji kelompok
kecil (small group) dan uji lapangan (field evaluation) sebagai pertimbangan
dalam merevisi pengembangan pembelajaran ataupun produk bahan ajar.
9. Merevisi
pembelajaran
Data yang diperoleh dari evaluasi
formative dikumpulkan dan diinterpretasikan untuk memecahkan kesulitan yang
dihadapi warga belajar dalam mencapai tujuan. Evaluasi formatif tidak hanya
dilakukan pada draf program pembelajaran saja, tetapi juga terhadap aspek-aspek
desain system pembelajaran yang digunakan dalam program, seperti analisis
instruksional, entry behavior dan karakteristik siswa. (Benny, 2011:
109). Bukan hanya untuk ini, singkatnya hasil evaluasi ini digunakan untuk
merevisi pembelajaran agar lebih efektif.
10. Mengembangkan
evaluasi sumatif
Evaluasi sumatif merupakan jenis
evaluasi yang berbeda dengan evaluasi formatif. Jenis evaluasi ini dianggap
sebagai puncak dalam aktivitas model desain pembelajaran yang dikemukakan oleh
Dick dan Carey. Evaluasi sumatif dilakukan dilakukan setelah program selesai
dievaluasi secara formatif dan direvisi
sesuai dengan standar yang digunakan oleh perancang. Evaluasi sumatif tidak
melibatkan perancang program, tetapi melibatkan penilai independen. Hal ini
merupakan satu alasan untuk menyatakan bahwa evaluasi sumatif tidak tergolong ke dalam proses
desain sistem pembelajaran.
Kesepuluh langkah desain yang
dikemukakan di atas merupakan sebuah prosedur yang menggunakan pendekatan
sistem dalam mendesain sebuah program pembelajaran. Setiap langkah dalam desain
sistem pembelajaran ini memiliki keterkaitan satu sama lain. Output yang
dihasilkan dari suatu langkah akan digunakan sebagai input bagi langkah-langkah
selanjutnya.
Karakteristik
model Dick and Carey mempunyai karakteristik sebagai berikut: (Wardani, Muhammad. 2013)
a.
Dalam penerapan model ini, setiap komponen bersifat penting dan tidak boleh
ada yang dilewati.
b.
Penggunaan model ini mungkin akan menghalangi kreatifitas instructional
designer profesional.
c.
DC Model menyediakan pendekatan sistematis terhadap kurikulum dan program
design. Ketegasan model ini susah untuk diadaptasikan ke tim dengan banyak
anggota dan beberapa sumber yang berbeda.
d.
Cocok diterapkan untuk e-learning skala kecil, misalnya dalam bentuk unit,
modul, atau lesson.
Kelebihan
dari Dick and Carey Model sebagai berikut.
a.
Setiap langkah jelas, sehingga dapat diikuti.
b.
Teratur, Efektif dan Efisien dalam pelaksanaan.
c.
Merupakan model atau perencanaan pembelajaran yang terperinci, sehingga
mudah diikuti.
d.
Adanya revisi pada analisis instruksional, dimana hal tersebut merupakan
hal yang sangat baik, karena apabila terjadi kesalahan maka segera dapat
dilakukan perubahan pada analisis instruksional tersebut, sebelum kesalahan
didalamnya ikut mempengaruhi kesalahan pada komponen setelahnya.
e.
Model Dick and Carey sangat lengkap komponennya, hampir mencakup semua yang
dibutuhkan dalam suatu perencanaan pembelajaran
Sedangkan
kekurangan dari Dick and Carey Model sebagai berikut.
a.
Kaku, karena setiap langkah telah di tentukan.
b.
Tidak semua prosedur pelaksanaan KBM dapat di kembangkan sesuai dengan
langkah-langkah tersebut.
c.
Tidak cocok diterapkan dalam elearning skala besar.
d.
Uji coba tidak diuraikan secara jelas kapan harus dilakukan dan kegiatan
revisi baru dilaksanakan setelah diadakan tes formatif.
e.
Pada tahap-tahap pengembangan tes hasil belajar, strategi pembelajaran maupun
pada pengembangan dan penilaian bahan pembelajaran tidak nampak secara jelas
ada tidaknya penilaian pakar (validasi).
2.2 Model Assure
Model Assure adalah salah satu
petunjuk dan perencanaan yang bisa membantu untuk bagaimana cara merencanakan, mengidentifikasi,
menentukan tujuan, memilih metode dan bahan, serta evaluasi. Model assure ini
merupakan rujukan bagi pendidik dalam membelajarkan peserta didik dalam
pembelajaran yang direncanakan dan disusun secara sistematis dengan
mengintegrasikan teknologi dan media sehingga pembelajaran menjadi lebih
efektif dan bermakna bagi peserta didik. (wordpress.com:2011)
Dalam mengembangkan model desian sistem pembelajaran ASSURE, penulis
Smaldino, Russel, Heinich, dan Molenda mendasari pemikirannya pada pandangan-pandangan
Robert M. Gagne (1985) tentang peristwa pembelajaran atau ”Event of
Instruction”. Menurut Gagne, desain pembelajaran yang efektif harus dimulai
dari upaya yang dapat memicu atau memotivasi seseorang untuk belajar. Langkah
ini perlu diikuti dengan proses pembelajaran yang sistematik, penilaian hasil
belajar, dan pemberian umpan balik tentang pencapaian hasil belajar secara
kontinyu. (Benny, 2011: 109).
Penilaian hasil belajar perlu didesain agar dapat mengukur pemahaman siswa
terhadap pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang telah dipelajari. Setelah
menempuh proses penilaian hasil belajar, siswa perlu memperoleh umpan balik
atau feedback. Umpan balik, berupa pengetahuan tentang hasil belajar akan
memotivasi siswa untuk melakukan proses belajar secara lebih efektif dan
efisien
Untuk menciptakan sebuah aktivitas
pembelajaran yang efektif,
diperlukan adanya sebuah proses perencanaan atau desain yang baik. Demikian
pula dengan aktifitas belajar yang menggunakan media dan teknologi. Sharon E.
Smaldino, James D. Russel, Robert Heinich, dan Michael Molenda (2005)
mengemukakan sebuah model desain sistem pembelajaran yang diberi nama ASSURE.
Sama seperti model desain sistem pembelajaran yang lain, model ini dikembangkan
untuk menciptakan aktifitas pembelajaran yang efektif dan efisien, khususnya
pada kegiatan pembelajaran yang menggunakan media dan teknologi.
Model ASSURE lebih difokuskan pada perencanaan pembelajaran untuk
digunakan dalam situasi pembelajaran di dalam kelas secara actual. Model desain
sistem pembelajaran ini terlihat lebih sederhana jika dibandingkan dengan model
desain sistem pembelajaran yang lain, seperti model Dick dan Carey. Model yang
dikemukakan oleh Dick dan Carey pada umumnya diimplementasikan pada sistem
pembelajaran dengan skala yang yang lebih besar.
Dalam mengembangkan model desain sistem pembelajaran ASSURE,
penukis-Smaldino, Russel, Heinich, dan Molenda – mendasari pemikirannya pada
pandangan-pandangan Robert M. Gagne (1985) tentang peristiwa pembelajaran atau
“ Events of Instruction”. Menurut Gagne, desain pembelajaran yang
efektif harus dimulai dari upaya yang dapat memicu atau memotivasi seseorang
untuk belajar. Langkah ini perlu diikuti dengan proses pembelajaran yang
sistematik, pemberian umpan balik tentang pencapaian hasil belajar secara
kontinyu.
Penilaian hasil belajar perlu didesain agar dapat mengukur
pemahaman siswa terhadap pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang telah dipelajari. Setelah menempuh proses
penilaian hasil belajar, siswa perlu memperoleh uman balil atau feedback.
Umpan balik, berua pengetahuan tentang hasil belajar akan memotivasi siswa
untuk melakukan proses belajar secara lebih efektif dan efisien.
Langkah-langkah penting yang perlu dilakukan dalam model desain
sistem pembelajaran ASSURE meliputi beberapa aktifitas, yaitu:
·
Melakukan analisi karakteristik siswa/ analyze learners,
·
Menetapkan tujuan pembelajaran/ state objective,
·
Memilih media, metode pembelajaran/ require learners
participation, dan
·
Mengevaluasi dan merevisi program pembelajaran/ evaluate and
revise.
Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalm mendesain sistem
pembelajaran dengan model ASSURE dapat digambarkan dalam diagram sebagai
berikut.
A
S
S
U
R
E
|
= analisis karakteristik siswa
= menetapkan tujuan pembelajaran
= seleksi media, metode, dan bahan
= memanfatkan bahan ajar
= Melibatkan siswa dalam kegiatan belajar
= evaluasi dan revisi
|
Gambar 2.3 Model ASSURE
Untuk lebih memahami model
ASSURE, berikut ini dikemukakan deskripsi dari setiap komonen yang terdapat dalam
model tersebut.
1.
Analyze Learners
Langkah awal yang perlu dilakukan dalam
menerapkan model ini adalah mengidentifikasi karakteristik siswa yang akan
melakukan aktifitas pembelajaran. Siapakah siswa yang akan melakukan proses
belajar? Pemahaman yang baik tentang karakteristik siswa akan sangat membantu
siswa dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran. Analisis terhadap karakteristik
siswa meliuti beberapa aspek penting, yaitu karakteristik umum, kompetensi spesifik yang telah dimiliki sebelumnya,
dan gaya belajar atau learning styie
siswa.
2.
State objectives
Langkah selanjutnya dari model desain
sistem pembelajaran ASSURE adalah menetapkan tujuan pembelajaran yang bersifat
spesifik. Tujuan pembelajaran dapat diperoleh dari silabus atau kurikulum,
informasi yang tercacat dalam buku teks, atau dirumuskan sendiri oleh perancang
atau instruktur. Tujuan pembelajaran merupakan rumusan atau pernyataan yang
mendeskripsikan tentang pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperoleh
siswa setelah menempuh proses pembelajaran.
Setelah menggambarkan kompetensi yang
perlu dikuasai oleh siswa, rumusan tujuan pembelajaran juga mendeskripsikan
kondisi yang diperlukan oleh siswa untuk menunjukkan hasil belajar yang telah
dicapai dan tingkat penguasaan siswa atau degree terhadap pengetahuan dan
keterampilan yang dipelajari.
3.
Select Methods, Media, and Materials
Langkah berikutnya adalah memilih
metode, media, dan bahan ajar yang akan digunakan. Ketiga komponen ini berperan
penting dalam membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran yang telah
digariskan.
Pemilihan metode, media, dan bahan
ajar yang tepat akan mampu mengoptimalkan hasil belajar siswa dan membantu
siswa mencapai kompetensi atau tujuan pembelajaran. Dalam memilih metode,
media, dan bahan ajar yang akan digunakan, ada beberapa pilihan yang dapat
dilakukan, yaitu memilih media dan bahan ajar yang telah tersedia, dan
memproduksi bahan ajar baru.
4.
Utilize Materials
Setelah memillih metode, media, dan
bahan ajar, langkah selanjutnya adalah menggunakan ketiganya dalam kegiatan
pembelajaran. Sebelum menggunakan metode, media, dan bahan ajar, instruktur
atau perancang terlebih dahulu perlu melakukan uji coba untuk memastikan bahwa
ketiga komponen tersebut dapat berfungsi efektif untuk digunakan dalam situasi
atau setting yang sebenarnya.
Langkah berikutnya adalah menyiapkan
kelas dan sarana pendukung yang diperlukan untuk dapat menggunakan metode,
media, dan bahan ajar yang dipilih. Setelah semuanya siap, ketiga komponen
tersebut dapat digunakan.
5.
Requires Learner Participation
Proses pembelajaran memerlukan
keterlibatan mental siswa secara aktif dengan materi atau substansi yang sedang
dipelajari. Pemberian latihan merupakan contoh cara melibatkan aktifitas mental
siswa dengan materi yang sedang dipelajari.
Siswa yang terlibat aktif dalam
kegiatan pembelajaran akan dengan mudah memelajari materi pembelajaran. Setelah
aktif melakukan proses pembelajaran, pemberian umpan balik berupa pengetahuan
tentang hasil belajar akan memotivasi siswa untuk mencapai prestasi belajar yang
lebih tinggi.
6.
Evaluate and Revise
Setelah mendesain aktifitas
pembelajaran maka langkah selanjutnya yang perlu dilakukan adalah evaluasi.
Tahap evaluasi dalam model ini dilakukan untuk menilai efektivitas pembelajaran
dan juga hasil belajar siswa. Proses evaluasi terhadap semua komponen
pembelajaran perlu dilakukan agar dapat memperoleh gambaran yang lengkap
tentang kualitas sebuah program pembelajaran.
Contoh pernyatan evaluasi yang perlu dilakukan untuk menilai
efektivitas proses pembelajaran adalah sebagai berikut.
·
Apakah siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan?
·
Apakah metode, media, dan strategi pembelajaran yang digunakan
dapat membantu berlangsunngnya proses belajar siswa?
·
Apakah siswa terlibat aktif dengan materi pembelajaran yang
dipelajari? Revisi perlu dilakukan apabila hasil evaluasi terhadap program
pembelajaran menunjukkan hasil yang kurang memuaskan.
Model ASSURE merupakan model desain sistem pembelajaran yang
bersifat praktis dan mudah diimplementasikan untuk mendesain aktivitas
pembelajaran, baik yang bersifat individual maupun klasikal. Langkah analisis
karakteristik siswa akan memudahkan memilih metode, media, dan strategi
pembelajaran yang tepat untuk digunakan dalam menciptakan aktivitas
pembelajaran yang efektif, efisien, dan menarik. Demikian pula halnya dengan
langkah evaluasi dan revisi yang dapat dimanfaatkan untuk menjamin kualitas
prosses pembelajaran yang diciptakan.
Model ASSURE memilik beberapa
kelebihan walaupun masih memiliki beberapa kekurangan, secara umum keunggulan
modek ASSURE sebagai berikut: (Wardani, 2011)
1.
Lebih
banyak komponennya dibandingkan dengan model materi ajar. Komponen tersebut di
anataranya analisis pebelajar, rumusan tujuan pembelajar, strategi pembelajar,
sistem penyampaian, penilaian proses belajar dan penilaian belajar.
2. Sering di adakan pengulangan
kegiatan dengan tujuan Evaluate and Review. selain itu model ini mengedepankan
pembelajar, ditinjau dari proses belajar, tipe belajar, kemampuan prasyarat.
3.
Turut
mengutamakan partisipasi pembelajar dalam Poin Require Learner Participation,
sehingga di adakan pengelompokan-pengelompokan kecil seperti pengelompokan
pebelajar menjadi belajar mandiri dan belajar tim dll. Serta penugasan yang
bertujuan untuk memicu keaktifitasan peserta didik.
4.
Menyiratkan
untuk para guru untuk menyampaikan materi dan mengelola kegiatan kelas
5.
Pada poin Select methods Media and Materials serta
Utilize Media and Materials membuat
guru atau pendidik aktif untuk menemukan dan memanfaatkan, bahan dan media yang
tepat dan memanfaatkan secara optimal media yang telah ada model ini dapat
diterapkan sendiri oleh guru (Randa, 2011).
Adapun kekurangan Model ASSURE
sebagai berikut.
1.
Tidak
mencakup suatu mata pelajaran tertentu.
2.
Walau
komponen relatif banyak, namun tidak semua komponen desain pembelajaran
termasuk di dalamnya (Randa, 2011).
2.3 Model Jerold E. Kemp, dkk
Model desain system pembelajaran yang dikemukakan oleh Jerold E.
Kemp dkk berbentuk lingkaran menunjukkan adanya proses kontinyu dalam
menerapkan desain system pembelajaran, yang terdiri dari beberapa komponen
diantaranya
1.
Mengidentifikasi masalah dan menetapkan tujuan pembelajaran
2.
Menentukan dan menganalisis karakter siswa
3.
Mengidentifikasi materi dan menganalisis komponen tugas belajar
yang berkaitan dengan pencapaian tujuan pembelajaran
4.
Menetapkan tujuan pembelajaran khusus bagi siswa
5.
Membuat sistematika panyampaian materi pembelajaran secara
sistematik dan logis
6.
Merancang strategi pembelajaran
7.
Menetapkan metode untuk menyampaikan materi pelajaran
8.
Mengembangkan instrumen evaluasi
9.
Memilih sumber-sumber yang dapat mendukung aktivitas pembelajaran
Model desain system pembelajaran yang memungkinkan penggunanya
untuk memulai kegitan desain dari komponen yang mana saja. Model ini tergolong dalam taksonomi model yang
berorientasi pada kegitan pembelajaran individual atau klasikal. Model ini
dapat digunakan oleh guru untuk menciptakan proses pembelajaran yang
berlangsung di dalam kelas secara efektif, efisien, dan menarik.
Ada beberapa factor penting yang mendasari pengunaan model desain
system pembelajaran kemp yaitu
ü Kesiapan siswa
dalam mencapai kompetensi dan tujuan pembelajaran
ü Strategi
pembelajaran dan karakteristik siswa
ü Media dan
sumber belajar yang tepat
ü Dukungan
terhadap keberhasilan belajar siswa
ü Menentukan
keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran, dan
ü Revisi untuk
membuat program pembelajaran yang efektif dan efisien.
Model
Desain System Pembelajaran Kemp dkk
Aplikasi Model Pembelajaran Jerold E. Kemp
Model desain pembelajaran J. Kemp merupakan model desain
pembelajaran di jenjang SD, SMP, dan SMA. Aplikasi model desain pembelajaran
ini dibuat dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Perencanaan pembelajaran atau biasa disebut Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) adalah rancangan pembelajaran mata pelajaran per unit yang
akan diterapkan guru dalam pembelajaran di kelas. Berdasarkan RPP inilah
seorang guru (baik yang menyusun RPP itu sendiri maupun yang bukan) diharapkan
bisa menerapkan pembelajaran secara terprogram. Karena itu, RPP harus mempunyai
daya terap (aplicable) yang tinggi. Tanpa perencanaan yang matang, mustahil
target pembelajaran bisa tercapai secara maksimal. Pada sisi lain, melalui RPP
pun dapat diketahui kadar kemampuan guru dalam menjalankan profesinya.
Sebagaimana rencana pembelajaran pada umumnya, rencana pembelajaran
melalui pendekatan kontekstual dirancang oleh guru -yang akan melaksanakan
pembelajaran di kelas¬yang berisi skenario tentang apa yang akan dilakukan
siswanya sehubungan topik yang akan dipelajarinya. (wordpress.com/2011)
Kelebihan pada model ini adalah selalu diadakannya revisi. Dan
kekurangannya adalah model pembelajarannya adalah pembelajaran konvensional, yang
mana pada pembelajaran konvensional cenderung pada belajar hafalan
yang mentolerir respon-respon yang bersifat konvergen, dan menekankan pada
informasi konsep, latihan soal dalam tes.
2.4 Model Smith dan Ragan
Patricia L. Smith dan Tillman J. Ragan (2003)
mengemukakan sebuah model desain sistem pembelajaran yang populer dikalangan
mahasiswa dan profesional yang memiliki kecenderungan terhadap implementasi
teori belajar kognitif. Hampir semua langkah dan prosedur dalam desain sistem pembelajaran
ini difokuskan pada rancangan tentang strategi pembelajaran. Model yang desain yang di kemukan oleh smith dan
ragan terdiri dari beberapa langkah dan prosedur yaitu : (Benny, 2011: 109).
1.
Analisis lingkungan belajar
Analisis lingkungan belajar meliputi prosedur menetapkan kebutuhan
akan adanya proses pembelajaran dan lingkungan tempat program pembelajaran akan
di implementasikan. Tahap analisis dalam model ini digunakan untuk mengetahui
dan mengidentifikasi masalah-masalah pembelajaran
2.
Analisis karakteristik siswa
Analisis karakter siswa meliputi aktifitas atau prosedur untuk
mengidentifikasi dan menentukan karakteristik siswa yang akan menempuh program
pembelajaran yang didesain. Karakter siswa yang akan menempuh program
pembelajaran meliputi kondisi social ekonomi, penguasaan isi atau materi
pelajaran dan gaya belajar. Gaya belajar siswa dapat dikelompokkan menjadi gaya
belajar auditori, gaya belajar visual dan gaya belajar kinestetik.
3.
Analisis tugas pembelajaran
Analisis tugas pembelajaran perlu dilakukan untuk menetapkan tujuan-tujuan
pembelajaran spesifik yang perlu dimiliki oleh pembelajar untuk mencapai
tingkat kompetensi dalam melakukan pekerjaan.
4.
Menulis butir tes
Menulis butir tes dilakukan untuk menilai apakah program
pembelajaran yang dirancang dapat membantu siswa dalam mencapai kompetensi atau
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Butir-butir tes yang ditulis harus
bersifat valid dan reliable agar dapat digunakan untuk menilai kemampuan atau
kompetensi siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran
5.
Menentukan strategi pembelajaran
Menentukan strategi pembelajaran dilakukan untuk mengelola program
pembelajaran yang didesain agar dapat membantu siswa dalam melakukan proses
pembelajaran yang bermakna. Strategi pembelajaran dalam konteks ini dapat
diartikan sebagai siasat yang perlu dilakukan oleh instruktur agar dapat
membantu siswa dalam mencapai hasil belajar yang optimal
6.
Memproduksi program pembelajaran
Program pembelajaran merupakan output dari desain system
pembelajaran yang mencakup deskripsi tentang kompetensi atau tujuan, metode,
media, strategi dan isi atau materi pembelajaran, serta evaluasi hasil belajar.
7.
Melaksankan evaluasi formatif
Dilakukan untuk menemukan kelamahan-kelemahan dari draf bahan ajar
yang telah dibuat agar segera direvisi
8.
Merevisi program pembelajaran
Dengan melakukan revisi untuk terhadap draf program pembelajaran
diharapkan program tersebut dapat menjadi program pembelajaran yang berkualitas
yaitu pembelajaran yang efektif, efisien, dan menarik.
Model Smith dan Ragan
Gambar 2.4 Model Smith dan Ragan
Model desain
pembelajaran yang dikemukakan oleh Smith dan Ragan mencerminkan adanya
keyakinan filosofis mereka bahwa penerapan solusi untuk memecahkan masalah
pembelajaran secara sistematis akan mengahasilkan program pembelajaran yang
efektif dan efisien. Smith dan Ragan juga berpandangan bahwa model desain
system pembelajaran yang diciptakannya merupakan model pembelajaran yang
berpusat pada siswa. (learner centered instruction).
Model desain
ini menurut Gustafon dan Branch, bersifat sangat komprehensif dalam
implementasi langkah pengembangan strategi pembelajaran. Hal ini sering menjadi
kelemahan bagi model-model desain system pembelajaran yang lain. (Benny,2011:
125)
2.5 Model ADDIE
Salah satu
model desain sistem pembelajaran yang memperlihatkan tahapan-tahapan dasar
desain sistem pembelajaran yang sederhana dan mudah dipelajari adalah model
ADDIE. Model ADDIE dikembangkan oleh Dick and Carry
untuk merancang sistem pembelajaran
(Endang Mulyatiningsih, 2012:5). Model ini, sesuai dengan namanya, terdiri dari lima fase atau tahap
utama, yaitu (A) analysis, (D) desain, (D) development,
(I) irnplementaion, dan (E ) evoaluation. Kelima fase atau tahap
dalam model ADDIE perlu dilakukan secara sistemik dan sistematik Model desain system
pembelajaran ADDIE dengan komponen-komponennya.
1. Analisis
Langkah
anasis terdiri atas. dua tahap, yaitu analisis kinerja atau performance
analysis dan analisis kebutuhan atau need analysis. Tahap pertama
yaitu analisis kinerja dilakukan untuk mengetahui dan mengklarifikasi apakah
masalah kinerja yang dihadapi memerlukan solusi berupa Penyelenggaraan program
pembelajaran atau perbaikan manajemen.
Contoh masalah kinerja yang memerlukan solusi
berupa penyelenggaraan program pembelajaran adalah kurangnya pengetahuan dan
keterampilan. hal ini dapat menyebabkan rendahnya kinerja individu dalam
organisasi atau perusahaan. sedangkan contoh masalah kinerja yang memerlukan
solusi berupa perbaikan kualitas manajemen, misalnya rendahnya motivasi
berprestasi, kejenuhan, atau kebosanan dalam bekerja. Masalah-masalah ini
memerlukan solusi berupa perbaikan manajemen, misalnya pemberian insentif
terhadap prestasi kerja, rotasi dan promosi, serta penyediaan fasilitas kerja
yang memadai.
Pada
tahap kedua, yaitu analisis kebutuhan, merupakan langkah yang diperlukan untuk
menentukan kemampuan-kemampuan atau kompetensi yang perlu dipelajari oleh siswa
untuk meningkatkan kinerja atau prestasi belajar. Hal ini dapat dilakukan
apabila program pembelajaran dianggap sebagai solusi dari masalah pembelajaran
yang sedang dihadapi.
Ada
dua pertanyaan kunci yang harus dicari jawabannya oleh seorang desainer atau
perancang program pembelajaran pada saat melakukan langkah atau tahap analisis.
Pertama apakah siswa memerlukan tujuan pembelajaran yang telah ditentukan?
Kedua, apakah siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan?
Jika
hasil analisis data yang telah dikumpulkan mengarah kepada pembelajaran sebagai
solusi untuk mengatasi masalah pembelajaran yang sedang dihadapi, perancang
atau desainer program pembelajaran perlu melakukan analisis kebutuhan dengan
menjawab beberapa pertanyaan lagi, sebagai berikut.
·
Bagaimana
karakterisik siswa yang akan mengikuti program pembelajaran? (learner
analysis)
·
Pengetahuan dan
keterampilan seperti apa yang telah dimiliki oleh siswa? (pre-requisite
skill)
·
Kemampuan atau
kompetensi apa yang perlu dimiliki oleh siswa (task atau goal
analysis)
·
Apa indikator
atau kriteria yang dapat digunakan untuk menentukan bahwa siswa telah mencapai
kompetensi yang telah ditentukan setelah melakukan proses pembelajaran? (evaluation
and assessment).
·
Kondisi seperti
apa yang diperlukan oleh siswa agar dapat memperlihatkan kompetensi yang telah
dipelajari? (setting or condition analysis).
2. Desain
Desain
merupakan langkah kedua dari model desain sistem pembelajaran ADDIE. pada
langkah ini diperlukan adanya klarifikasi program pemb elajaran yang didesain
sehingga program tersebut dapat mencapai tujuan pembelajaran seperti yang
diharapkan.
Pada
langkah desain, pusat perhatian perlu difokuskan pada upaya untuk menyelidiki
masalah pembelajaran yang sedang dihadapi. Hal ini nrerupakan inti dari langkah
analisis, yaitu mempelajari masalah dan menemukan alternatif solusi yang akan
ditempuh untuk dapat mengatasi masalah pembelajaran yang berhasil
diidentifikasi melalui langkah analisis kebutuhan.
Langkah
penting yang perlu dilakukan dalam desain adalah menentukan pengalaman belajar
atau learning experience yang perlu dimiliki oleh siswa selama mengikuti
aktivitas pembelajaran. Langkah desain harus mampu menjawab pertanyaan apakah
program pembelajaran yang didesain dapat digunakan untuk mengatasi masalah
kesenjangan performa (performance gap) yang terjadi pada diri siswa.
Kesenjangan
kemampuan yang dimaksud dalam hal ini adalah perbedaan yang dapat diamati (observable)
antara kemampuan yang telah dimiliki dengan kemampuan yang seharusnya dimiliki
oleh siswa. Dengan kata lain, kesenjangan menggambarkan perbedaan antara
kemampuan yang dimiliki dengan kemampuan yang ideal.
Contoh
pernyataan kesenjangan kemampuan adalah “Siswa tidak mampu mencapai standar
kompetensi yang telah ditentukan setelah mengikuti proses pembelajaran".
Contoh pernyataan lain yaitu "Siswa hanya mampu mencapai tingkat
kompetensi 60% dari standar kompetensi yang telah digariskan".
Pertanyan-pertanyaan
kunci yang harus dicari jawabannya oleh seorang desainer atau perancang program
pembelajaran pada saat melakukan tahap atau langkah desain, sebagai berikut.
ü Kemampuan dan
kompetensi khusus seperti apa yang harus dimiliki oleh siswa setelah
menyelesaikan program pembelajaran?
ü Indikator apa
yang dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan siswa dalam mengikuti program
pembelajaran?
ü Peralatan atau
kondisi bagaimana yang diperlukan oleh siswa agar dapat melakukan unjuk
kompetensi (Pengetahuan, keterampilan, dan sikap) setelah mengikuti program
pembelajaran?
ü Bahan ajar dan
kegiatan seperti apa yang dapat digunakan dalam untuk mendukung program
pembelajaran?
3.
Pengembangan
Pengembangan
merupakan langkah ketiga dalam mengimplementasikan model desain sistem
pembelajaran ADDIE. Langkah pengembangan meliputi kegiatan membuat, membeli,
dan memodifikasi bahan ajar atau learning materials untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.
Pengadaan
bahan ajar perlu disesuaikan dengan tujuan pembelajaran spesifik atau learning
outcomes yang telah dirumuskan oleh desainer atau perancang program
pembelajaran dalam langkah desain. Langkah pengembangan, dengan kata lain,
mencakup kegiatan memilih dan menentukan metode, media, serta strategi
pembelajaran yang sesuai untuk digunakan dalam menyampaikan materi atau
substansi program pembelajaran.
Ada
dua tujuan penting yang perlu dicapai dalam melakukan langkah pengembangan,
yaitu:
ü memproduksi,
membeli, atau merevisi bahan ajar yang akan digunakan pembelajaran yang telah
dirumuskan sebelumnya, dan
ü memilih media
atau kombinasi media terbaik yang akan digunakan untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
Pertanyaan-pertanyaan
kunci yangharus dicari jawabannya oleh seorang desainer atau perancang Program
pembelajaran pada saat melakukan langkah pengembangan yaitu sebagai berikut.
·
Bahan
ajar seperti apa yang harus dibeli untuk dapat digunakan dalam mencapai tujuan
pembelajaran?
·
Bahan
ajar seperti apa yang harus disiapkan untuk memenuhi kebutuhan siswa yang unik
dan spesifik?
·
Bahan
ajar seperti apa yang perlu dibeli dan dimodifikasi sehingga daapat digunakan
untuk memenuhi kebutuhan siswa yang unik dan spesifik?
·
Bagaimana
kombinasi media yang diperlukan dalam menyelenggarakan program pembelajaran?
(Kombinasi media yang dipilih tentunya harus dapat memenuhi standar efektifitas
pada sekolah tempat aktivitas pembelajaran berlangsung).
4. Implementasi
Implementasi
atau penyampaian materi pembelajaran merupakan langkah keempat dari model
desain sistem pembelajaran ADDIE. Langkah implementasi sering diasosiasikan
dengan penyelenggaraan program pembelajaran itu sendiri. Langkah ini memang
mempunyai makna adanya penyampaian materi pembelajaran dari guru atau
instruktur kepada siswa.
Tujuan
utama dari tahap implementasi yang merupakan langkah realisasi desain dan
pengembangan adalah sebagai berikut.
ü Membimbing
siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran atau kompetensi.
ü Menjamin
terjadinya pemecahan masalah/solusi untuk mengatasi kesenjangan hasil belajar
yang dihadapi oleh siswa.
ü Memastikan
bahwa pada akhir program pembelajaran siswa perlu memiliki kompetensi
(pengetahuan, keterampilan, dan sikap) yang diperlukan.
Pertanyaan-pertanyaan
kunci yang harus dicari jawabannya oleh seorang perancang program pembelajaran
pada saat melakukan langkah implementasi yaitu sebagai berikut.
v Metode
pembelajaran seperti apakah yang paling efektif untuk digunakan dalam
menyampaikan bahan atau materi pembelajaran?
v Upaya atau
strategi seperti apa yang dapat dilakukan untuk menarik dan memelihara minat
siswa agar tetap mampu memusatkan perhatian terhadap penyampaian materi atau
substansi pembelajaran yang disampaikan?
5. Evaluasi
Langkah
terakhir atau kelim a dari model desain sistem pembelajaran ADDIE adalah
evaluasi. Evaluasi dapat didefinisikan sebagai sebuah Proses yang dilakukan
untuk memberikan nilai terhadap Program pembelajaran. Pada dasarnya, evaluasi
dapat dilakukan sepanjang pelaksanaan kelima langkah dalam model ADDIE. Pada
langkah analisis misalnya, Proses evaluasi dilaksanakan dengan cara melakukan
klarifikasi terhadap kompetensi (pengetahuan, keterampilan, dan sikap) yang
harus dimiliki oleh siswa setelah mengikuti program pembelajaran. Evaluasi
seperti ini dikenal dengan istilah evaluasi formatif. Di samping itu, evaluasi
juga dapat dilakukan dengan cara membandingkan antara hasil pembelajar an yang
telah dicapai oleh siswa dengan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan
sebelumnya.
Evaluasi
terhadap program pembelajaran bertujuan untuk mengetahui beberapa hal, yaitu:
o sikap siswa
terhadap kegiatan pembelajaran secara keseluruhan,
o peningkatan
kompetensi dalam diri siswa yang merupakan dampak dari keikutsertaan dalam
program pembelajaran, dan
o keuntungan yang
dirasakan oleh sekolah akibat adanya peningkatan kompetensi siswa setelah
mengikuti program pembelajaran.
Beberapa
pertanyaan penting yang harus dikemukakan oleh perancang program pembelajaran
dalam melakukan langkah-langkah evaluasi yaitu sebagai berikut.
· Apakah siswa
menyukai program pembelajaran yang mereka ikuti selama ini?
· Seberapa besar
manfaat yang dirasakan oleh siswa dalam mengikuti program pembelajaran?
· Seberapa jauh
siswa dapat belajar tentang materi atau substansi pembelajaran?
· Seberapa besar
siswa mampu mengaplikasikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang telah
dipelajari?
· Seberapa besar
kontribusi program pembelajaran yang dilaksanakan terhadap prestasi belajar
siswa?
Implementasi model desain sistem pembelajaran
ADDIE
2.5 Gambar Model ADDIE
Kekurangan dan Kelebihan Model
Desain ADDIE ini adalah: (wordpress.com:2011)
a.
Kelebihan model ini sederhana dan mudah dipelajari serta strukturnya yang
sistematis.
Seperti kita
ketahui bahwa model ADDIE ini terdiri dari 5 komponen yang saling berkaitan dan
terstruktur secara sistematis yang artinya dari tahapan yang pertama sampai
tahapan yang kelima dalam pengaplikasiannya harus secara sistematik, tidak bisa
diurutkan secara acak atau kita bisa memilih mana yang menurut kita ingin di dahulukan.
Karena kelima tahap/langkah ini sudah sangat sederhana jika dibandingkan dengan
model desain yang lainnya. Sifatnya yang sederhana dan terstruktur dengan
sistematis maka model desain ini akan mudah dipelajari oleh para pendidik.
b.
Kekurangan model desain ini adalah dalam tahap analisis memerlukan waktu
yang lama.
Dalam tahap
analisis ini pendesain/pendidik diharapkan mampu menganalisis dua komponen dari
siswa terlebih dahulu dengan membagi analisis menjadi dua yaitu analisis
kinerja dan alisis kebutuhan. Dua komponen analisis ini yang nantinya akan
mempengaruhi lamanya proses menganalisis siswa sebelum tahap pembelajaran
dilaksanakan. Dua komponen ini merupakan hal yang penting karena akan
mempengaruhi tahap mendesain pembelajaran yang selanjutnya.
2.6 Model Front-end
System Design oleh A.W. Bates
A.W. Bates mengemukakan sebuah model desain pembelajaran yang
diberi nama front-end System Design. Model desain
pembelajaran yang dikemukakan oleh A.W. Bates sangat erat kaitannya dengan
pengembangan bahan ajar yang dapat digunakan untuk penyelanggaraan Sistem
Pendidikan Jarak Jauh (SPJJ). Hal ini mudah dimengerti karena Bates memiliki
banyak pengalaman selama berkecimpung dalam dunia SPJJ di Inggris dan Canada.
SPJJ telah
digunakan secara luas sebagai alternative system pendidikan yang dilakukan
secara regular. Sistem pendidikan ini telah membuka kesempatan yang luas bagi
pendidikan ini telah membuka kesempatan yang luas bagi yang karena satu dan
lain-lain. sistem
pendidikan jarak jauh memiliki sejumlah karakteristik yang khas sebagai berikut
:
·
Terpisahnya
lokasi tutor dan siswa secara geografis
·
Adanya
dukungan organisasi penyelenggara program
·
Digunakannya
media dan teknologi pembelajaran
·
Berlangsungnya
proses komunikasi dua arah
·
Terselenggaranya
smeinar yang mendukung kegiatan pembelajaran
·
Penyelenggaraan
program pembelajaran berbasis industri
(Moore dan Kearsley, 2005).
1. Langkah I
Langkah awal dalam model desain
sistem pembelajaran yang dikemukakan oleh AW. Bates adalah mengembangkan
kerangka isi atau materi pelajaran (couse outline development).
Kegiatan-kegiatan yang perlu dilakukan dalam langkah awa model Bates antara
lain :
·
Mengidentifikasi
sasaran atau siswa,
·
Menganalisis
kurikulum,
·
Menentukan
isi/materi pelajaran, dan
·
Menentukan
pendekatan yang digunakan dalam proses pembelajaran.
2. Langkah II
Dalam langkah ke II, Bates
mengemukakan sebuah konsep yang dapat digunakan sebagai faktor untuk memilih
jenis media dan teknologi yang akan diguakan dalam penyelenggaraan sistem
pendidikan jarak jauh.
Konsep tersebut dikenal dengan istilah
ACTIONS yang merupakan singkatan beberapa faktor, yaitu :
·
Access,
·
Cost,
·
Teaching
functions,
·
Interaction/user
friendliness,
·
Organizational
issues,
·
Novelty,
dan
·
Speed.
Konsep ACTIONS sebagai kriteria
untuk menentukan media dan teknologi yang akan digunakan dalam menyampaikan
substansi pelajaran dalam program sistem pendidikan jarak jauh merupakan suatu
hal tang bersifat unik.
Media dan Teknologi dalam Program
Sistem Pendidikan Jarak Jauh
Robert Heinich dkk (2005)
mengemukakan beberapa jenis media yang dapat digunakan untuk menyampaikan
substansi dalam program sistem pendidikan jarak jauh yaitu :
·
Media
cetak
·
Media
audio
·
Media
video
·
Komputer
·
Multimedia
·
Jaringan
komputer
3. Langkah III
Langkah terakhir dari model desain
sistem pembelajaran yang dikemukakan oleh Bates, yaitu penyampaian isi atau
materi pelajaran kepada siswa yang mengikuti program sistem pendidikan jarak
jauh. Dalam hal ini, siswa berperan sebagai target audience. Untuk mendukung
keberhasilan langkah ini diperlukan adanya beberapa sarana pendukung, yaitu :
·
Gudang dan
sarana penyimpanan dan bahan ajar,
·
Perpustakan
sebagai tempat mencari referensi untuk pengembangan bahan ajar dan substansi,
serta
·
Sistem
komunikasi dan teknologi untuk menyampaikan isi atau materi pelajaran kepada
siswa.
Model-model desain sistem
pembelajaran yang dikemukakan pada dasarnya dapat diklasifikasi berdaasarkan
pemanfaatan dan output yang dihasilkan, yaitu model yang berorientasi terhadap
aktivitas pembelajaran didalam kelas, model yang berorientasi pada produk, dan
model yang berorientasi pada sistem. Setiap model desain sistem pembelajaran
memiliki keunggulan dan keterbatasan untuk digunakan dalam setting yang
spesifik.
Berikut gambar bagan Model Front-end
System Design oleh A.W. Bates
Gambar 2.6 Model Front-end
System Design oleh A.W. Bates
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Apabila antara
pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah
terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut
dengan model pembelajaran. Jadi, model pembelajaran pada dasarnya
merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang
disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan
bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik
pembelajaran.
Terdapat
beberapa model desain pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru dalam
mengajar, seperti Model desain system pembelajaran Dick dan Carey, Model ASSURE,
Model Jerold E. Kemp, dkk, Model Smith dan Ragan, Model ADDIE, dan Model
Front-end System Design oleh A.W. Bates.
Sebagai suatu model desain pembelajaran tentunya satu
model dengan model-model yang lain memiliki kelebihan dan kekurangan tergantung
dari situasi dan kondisi implementasi model tersebut. Karena itu, tidak ada
model yang terbaik. Semua model baik tergantung bagaimana kita
mengaplikasikannya dalam proses pembelajaran.
3.2 Saran
Makalah
ini baru sekedar memberikan gambaran fakta obyektif tentang beberapa model
desain pembelajaran. Untuk itu disarankan kepada para akademisi untuk melakukan
pengamatan yang lebih mendalam dan lebih mendetail terhadap materi tersebut.
Pada
tataran praktis disarankan kepada setiap guru untuk memperkaya pengetahuan yang
terkait dengan implikasi sebuah model desain pembelajaran, sehingga dapat
menciptakan kondisi dan suasana pembelajaran yang efektif dan efisien.
DAFTAR PUSTAKA
Pribadi, Benny
A. 2011. Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Dian Rakyat.
Trianto. 2010. Model
Pembelajaran Terpadu, Konsep, Strategi dan Implementasinya dalam Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Bumi Aksara.
Prawiladilaga,
Dewi Salma. 2009. Prinsip Disain Pembelajaran. Jakarta: Prenada Media
Group.
Yamin,
Martinis. 2010. Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat Satuan Pendidikan.
Jakarta: Gaung Persada Press
Ariyani, Novi.
2013. Model Desain Pembelajaran. From
http://novi-ariyaniasparagus.blogspot.com/2013/01/model-desain-pembelajaran_3812.html. Diakses Pada hari Kamis, 19/9/2013 pukul
20.25.
Wardani,
Muhammad. 2013. Desain Pembelajaran Model Dick and Carey. From http://muhammadwardani.blogspot.com/2013/02/desain-pembelajaran-model-dick-and-carey.html. Diakses Pada hari Kamis, 19/9/2013 pukul 20.30
Randa. 2011. Model Pembelajaran ASSURE. From http://randa26.wordpress.com/2011/09/28/model-pembelajaran-assure/ Diakses hari Ahad, 22/9/2013 pukul 07:39.
Amanah. 2011. Model Pembelajaran Assure ( Menciptakan Pengalaman
Belajar ). From http://amanahtp.wordpress.com/2011/11/28/model-pembelajaran-assure-menciptakan-pengalaman-belajar/. Diakses Pada Hari Ahad,
22/9/2013 pukul 07:45.
Zahir, Abdul. 2011. Model Pembelajaran Jerold
E. Kemp. Form
http://hepimakassar.wordpress.com/2011/11/07/model-pembelajaran-jerold-e-kemp/. Diakses Pada Hari Kamis 19/9/2013 pukul 21:05
Assalamualaikum Wr. Wb...
BalasHapusbang, untuk yang model ADDIE ada buku yang bisa di rujuk nggak bang ? klok ada bisa kirim judul buku sekalian nama pengarangnya, email ana afan.ayubi@gmail.com
Bismillah
BalasHapusMakasih bang. izin buat referensi.
terima kasih infonya izin kutip min
BalasHapus