BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di zaman yang
serba modern ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin maju dan
mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam
proses belajar. Para guru dituntut agar mampu memahami, menguasai, serta mampu
menggunakan alat-alat yang tersedia dalam upaya mencapai tujuan pengajaran yang
diharapkan. Untuk itu guru harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup
tentang media pembelajaran.
Media yang
beraneka ragam dapat digunakan guru agar peserta didik tidak bosan dalam proses
pembelajaran, mampu mendorong dan memotivasi peserta didik untuk lebih giat
belajar, serta akan membantu memperjelas materi yang akan disampaikan.
Macam-macam media tersebut antara lain Media Visual, Media Audio, Media
Audiovisual dan Animasi, serta Media Komputer.
Para
pendidik dan dan orang tua tidak dapat mengingkari betapa kuat pengaruh media
komunikasi khususnya media audiovisual dan animasi terhadap anak didik. Daya
tarik yang begitu kuat dari media audiovisual dan animasi bagi anak-anak tidak
lepas dari karakteristik media ini yang memiliki beberapa keunggulan
dibandingkan dengan media cetak maupun media dengar, sehingga anak-anak sangat
menyukainya. Saat ini semakin banyak pembuat program yang sadar betul dengan
daya pikat media audiovisual dan animasi bagi anak-anak.
Media juga salah satu diantaranya yang sangat
penting bagi guru, karena guru sebagai pengembang ilmu sangat penting sekali
untuk memilih dan melaksanakan pembelajaran yang tepat dan efisien bagi peserta
didik. Pembelajaran yang baik dapat ditunjang dari suasana pembelajaran yang
kondusif serta terjadinya interaktif antara guru dan siswa dengan baik.
Pembelajaran akan lebih bermakna manakala menarik minat siswa dan memberikan
kemudahan untuk memahami materi karena penyajiannya dengan dilengkapi berbagai
media sebagai sarana penunjang kegiatan pembelajaran. Maka dari itu pada
makalah ini, akan membahas atau menguraikan tentang salah satu macam media
yaitu media audio-visual dan animasi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya yaitu:
1.
Apakah pengertian media audio-visual itu ?
2.
Apa saja prosedur produksi media audio visual ?
3.
Apa saja fasilitas peralatan produksi media audio-visual ?
4.
Apa saja karakteristik dan jenis-jenis media audio visual ?
5.
Bagaimana cara membuat media audio- visual?
C. Tujuan
Berdasarkan
rumusan masalah dia atas, maka tujuannya yaitu:
1.
Mengetahui pengertian media audio visual.
2.
Mengetahui prosedur produksi media audio visual.
3.
Mengetahui fasilitas peralatan produksi media audio visual.
4.
Mengetahui karakteristik dan jenis-jenis media audio visual
5.
Mengetahu cara membuat audio- visual.
6.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Audio Visual
Sebelum beranjak
ke pengertian media audio visual maka terlebih dahulu kita mengetahui arti kata
media itu sendiri. Apabila dilihat dari etimologi “kata media berasal dari
bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata “medium” yang secara harfiah
berarti perantara atau pengantar, maksudnya sebagai perantara atau alat menyampaikan
sesuatu” (Salahudin,1986: 3)
Sejalan dengan
pendapat di atas, AECT (Association For Education Communication Technology)
dalam Arsyad mendefinisikan bahwa “ media adalah segala bentuk yang
dipergunakan untuk menyalurkan pesan informasi” (Arsyad,2002:11). Media
pembelajaran sangat beraneka ragam. Berdasarkan hasil penelitian para ahli,
ternyata media yang beraneka ragam itu hampir semua bermanfaat. Cukup banyak
jenis dan bentuk media yang telah dikenal dewasa ini, dari yang sederhana
sampai yang berteknologi tinggi, dari yang mudah dan sudah ada secara natural
sampai kepada media yang harus dirancang sendiri oleh guru. Dari ketiga jenis
media yang ada yang biasa digunakan dalam proses pembelajaran, bahwasanya media
audio-visual adalah media yang mencakup 2 jenis media yaitu audio dan visual.
Jika dilihat dari
perkembangan media pendidikan, pada mulanya media hanya sebagai alat bantu
guru. Alat bantu yang dipakai adalah alat bantu visual misalnya gambar, model,
objek dan alat-alat lain yang dapat memberikan pengalaman konkret, motivasi
belajar serta mempertinggi daya serap dan retensi belajar siswa. Namun, karena
terlalu memusatkan perhatian pada alat bantu visual yang dipakainya orang
kurang memperhatikan aspek desain, pengembangan , produksi dan evaluasinya.
Dengan masuknya pengaruh teknologi audio pada sekitar pertengahan abad ke-20,
alat visual untuk mengkonkretkan ajaran ini dilengkapi dengan audio sehingga
kita kenal adanya audio-visual . Konsep pengajaran visual kemudian berkembang
menjadi audio-visual pada tahun 1940, istilah ini bermakna sejumlah peralatan
yang dipakai oleh para guru dalam menyampaikan konsep gagasan dan pengalaman
yang ditangkap oleh indera pandang dan pendengaran.
Sebagai media
pembelajaran dalam pendidikan dan pengajaran, media audio- visual mempunyai
sifat sebagai berikut:
• Kemampuan untuk meningkatkan persepsi
• Kemampuan untuk meningkatkan pengertian
• Kemampuan untuk meningkatkan transfer (pengalihan) belajar.
• Kemampuan untuk memberikan penguatan (reinforcement) atau pengetahuan
hasil yang dicapai
• Kemampuan untuk meningkatkan retensi (ingatan).
Media audio-visual
adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis media ini
mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena meliputi kedua jenis media auditif (mendengar)
dan visual (melihat).[1] Media Audiovisual merupakan sebuah alat bantu
audiovisual yang berarti bahan atau alat yang dipergunakan dalam situasi
belajar untuk membantu tulisan dan kata yang diucapkan dalam menularkan
pengetahuan, sikap, dan ide.
Pengertian lain media audio-visual adalah seperangkat alat yang
dapat memproyeksikan gambar bergerak dan bersuara. Paduan anatara gambar dan
suara membentuk karakter sama dengan obyek aslinya. Alat-alat yang termasuk
dalam kategori media audio-visual adalah: televise, video-VCD,sound dan film.[2]
B.
Prosedur Produksi Media Audio Visual
Pembuatan media audio
visual TV/Video pembelajaran memerlukan beberapa tahapan kegiatan antara lain:
1. Tahap Pra Produksi
Pada
tahapan ini terdapat hal-hal yang diperlukan untuk sebuah proses pembuatan film
pendek antara lain:
a) Ide cerita
Ide cerita
adalah gagasan utama yang nantinya akan dijadikan sebuah scenario. Sebelum
membuat cerita film, kita harus menentukan tujuan pembuatan film. Hanya sebagai
hiburan, mengangkat fenomena, pembelajaran/pendidikan, dokumenter, ataukah
menyampaikan pesan moral tertentu. Hal ini sangat perlu agar pembuatan film
lebih terfokus, terarah dan sesuai. Jika tujuan telah ditentukan maka semua
detail cerita dan pembuatan film akan terlihat dan lebih mudah. Jika perlu
diadakan observasi dan pengumpulan data dan faktanya. Bisa dengan membaca buku,
artikel atau bertanya langsung kepada sumbernya. Ide film dapat diperoleh dari
berbagai macam sumber antara lain: Pengalaman pribadi penulis yang
menghebohkan, percakapan atau aktifitas sehari-hari yang menarik untuk
difilmkan, cerita rakyat atau dongeng, biografi seorang terkenal atau berjasa.
Adaptasi dari cerita di komik, cerpen, atau novel, dari kajian musik, dll.
b) Skenario
Adalah sebuah
naskah yang nantinya akan di pentaskan ataupun di gambarkan pemain pada sebuah
pertunjukan. Ada dua tugas utama penulis skenario yaitu menentukan plot yang
menarik dan menciptakan karakter yang unik. Jika penulis naskah sulit mengarang
suatu cerita, maka dapat mengambil cerita dari cerpen, novel ataupun film yang
sudah ada dengan diberi adaptasi yang lain.
c) Breakdown Skenario
Setelah naskah
disusun maka perlu diadakan Breakdown naskah yang memuat seluruh informasi
detail yang dibutuhkan tiap scene harus ada. Breakdown naskah dilakukan untuk
mempelajari rincian cerita yang akan dibuat film.
d) Rencana Biaya
Biaya adalah hal
yang sangat vital untuk kelangsungan proses produksi sebuah pembuatan film
pendek ini.
e) Mencari Tim Produksi
Secara garis
besar beberapa posisi yang dibutuhkan adalah Produser (promotor yang pertama
kali), penulis skenario, sutradara, cameramen, pemain, tim property dan editor.
f) Jadwal Produksi
Jadwal produksi
dibuat setelah ada breakdown skenario, jadwal yang tersusun baik akan
memperlancar dan menghemat seluruh tenaga serta biaya produksi. Jadwal atau
working schedule disusun secara rinci dan detail, kapan, siapa saja , biaya dan
peralatan apa saja yang diperlukan, dimana serta batas waktunya. Termasuk
jadwal pengambilan gambar juga, scene dan shot keberapa yang harus diambil
kapan dan dimana serta artisnya siapa. Lokasi sangat menentukan jadwal
pengambilan gambar. Hal-hal yang perlu diperhatikan saat menyusun alokasi
biaya: Penggandaan naskah skenario film untuk kru dan pemain, penyediaan kaset
video, penyediaan CD blank sejumlah yang diinginkan, penyediaan property,
kostum, make-up, honor untuk pemain, konsumsi, akomodasi dan transportasi, menyewa
alat jika tidak tersedia.
g) Hunting Lokasi
Memilih dan
mencari lokasi atau setting pengambilan gambar sesuai naskah. Untuk pengambilan
gambar di tempat umum, biasanya memerlukan surat ijin. Akan sangat menggangggu
jalannya shooting, jika dalam pertengahan shooting tiba-tiba diusir karena
tidak ijin terlebih dahulu. Dalam hunting lokasi perlu diperhatikan berbagai
resiko, seperti akomodasi, transportasi, keamanan saat shooting, tersedianya
sumber listik,dll. Setting yang telah
ditentukan skenario harus betul-betl layak dan tidak menyulitkan pda saat
produksi. Jika biaya produksi kecil, maka tidak perlu tempat yang jauh.
h) Menyiapkan Kostum dan Property
Memilih dan mencari pakaian yang akan
dikenakan tokoh cerita beserta propertinya. Kostum dapat diperoleh dengan
mendatangkan desainer khusus ataupun cukup membeli atau menyewa namun
disesuaikan dengan cerita skenario. Kelengkapan produksi menjadi tanggung jawab
tim property dan artistik.
i) Menyiapkan Peralatan
Untuk mendapatkan hasil film/video
yang baik maka diperlukan peralatan yang lengkap dan berkualitas. Peralatan
yang diperlukan (dalam film minimalis) :
• Clipboard.
• Proyektor.
• Lampu.
• Kabel Roll.
• TV Monitor.
• Kamera video S-VHS atau Handycam.
• Pita/Tape.
• Mikrophone clip-on wireless.
• Tripod Kamera.
• Tripod Lampu.
j) Casting Pemain
Memilih dan mencari pemain yang memerankan
tokoh dalam cerita film. Dapat dipilih langsung ataupun dicasting terlebih
dahulu. Casting dapat diumumkan secara luas atau cukup diberitahu lewat
rekan-rekan saja. Pemilihan pemain selain diperhatikan dari segi kemampuannya
juga dari segi budget/pembiayaan yang dimiliki.
2. Tahap Produksi
a) Tata Setting
Set construction atau tata setting
merupakan bagunan latar belakang untuk keperluan pengambilan gambar. Setting
tidak selalu berbentuk bangunan dekorasi tetapi lebih menekankan bagaimana
membuat suasana ruang mendukung dan mempertegas latar peristiwa sehingga
mengantarkan alur cerita secara menarik.
b) Tata Suara
Untuk menghasilkan
suara yang baik maka diperlukan jenis mikrofon yang tepat dan berkualitas.
Jenis mirofon yang digunakan adalah yang mudah dibawa, peka terhadap sumber
suara, dan mampu meredam noise (gangguan suara) di dalam dan di luar ruangan.
c) Tata Cahaya
Penataan cahaya
dalam produksi film sangat menentukan bagus tidaknya kualitas teknik film
tersebut. Seperti fotografi, film juga dapat diibaratkan melukis dengan menggunakan
cahaya. Jika tidak ada cahaya sedikitpun maka kamera tidak akan dapat merekam
objek. Penataan cahaya dengan menggunakan kamera video cukup memperhatikan
perbandingan Hi light (bagian ruang yang paling terang) dan shade (bagian yang
tergelap) agar tidak terlalu tinggi atau biasa disebut hight contrast. Sebagai
contoh jika pengambilan gambar dengan latar belakang lebih terang dibandingkan
dengan artist yang sedang melakukan acting, kita dapat gunakan reflektor untuk
menambah cahaya.
Reflektor dapat dibuat sendiri dengan menggunakan styrofoam atau
aluminium foil yang ditempelkan di karton tebal atau triplek, dan ukurannya
disesuaikan dengan kebutuhan. Perlu diperhatikan karakteristik tata cahaya
dalam kaitannya dengan kamera yang digunakan. Lebih baik sesuai ketentuan buku
petunjuk kamera minimal lighting yang disarankan. Jika melebihi batasan atau
dipaksakan maka gambar akan terihat seperti pecah dan tampak titik-titik yang
menandakan cahaya under.
Perlu diperhatikan
juga tentang standart warna pencahayaan film yang dibuat yang disebut white
balance. Disebut white balance karena memang untuk mencari standar warna putih
di dalam atau di luar ruangan, karena warna putih mengandung semua unsur warna
cahaya.
d) Tata Kostum
Pakaian yang dikenakan
pemain disesuaikan dengan isi cerita. Pengambilan gambar dapat dilakukan tidak
sesuai nomor urut adegan, dapat meloncat dari scene satu ke yang lain. Hal ini
dilakukan agar lebih mudah, yaitu dengan mengambil seluruh shot yang terjadi
pada lokasi yang sama. Oleh karenanya sangat erlu mengidentifikasi kostum
pemain. Jangan sampai adegan yang terjadi berurutan mengalami pergantian
kostum. Untuk mengantisipasinya maka sebelum pengambilan gambar dimulai para
pemain difoto dengan kamera digital terlebih dahulu atau dicatat kostum apa
yang dipakai. Tatanan rambut, riasan, kostum dan asesoris yang dikenakan dapat
dilihat pada hasil foto dan berguna untuk shot selanjutnya.
e) Tata Rias
Tata rias pada
produksi film berpatokan pada skenario. Tidak hanya pada wajah tetapi juga pada
seluruh anggota badan. Tidak membuat untuk lebih cantik atau tampan tetapi
lebih ditekankan pada karakter tokoh. Jadi unsur manipulasi sangat berperan
pada teknik tata rias, disesuaikan pula bagaimana efeknya pada saat pengambilan
gambar dengan kamera. Membuat tampak tua, tampak sakit, tampak jahat/baik, dll.
3. Tahap Pasca Produksi
a) Proses Editing
Secara sederhana,
proses editing merupakan usaha merapikan dan membuat sebuah tayangan film
menjadi lebih berguna dan enak ditonton. Dalam kegiatan ini seorang editor akan
merekonstruksi potongan-potongan gambar yang diambil oleh juru kamera.
Tugas editor antara lain sebagai berikut:
• Menganalisis
skenario bersama sutradara dan juru kamera mengenai kontruksi dramatinya.
• Melakukan pemilihan
shot yang terpakai (OK) dan yang tidak (NG) sesuai shooting report.
• Menyiapkan bahan
gambar dan menyusun daftar gambar yang memerlukan efek suara.
•Berkonsultasi dengan sutradara atas hasil editingnya.
• Bertanggung jawab sepenuhnya
atas keselamatan semua materi gambar dan suara yang diserahkan kepadanya untuk
keperluan editing.
b) Review Hasil Editing
Setelah film
selesai diproduksi maka kegiatan selanjutnya adalah pemutaran film tersebut
secara intern. Alat untuk pemutaran film dapat bermacam-macam, dapat
menggunakan VCD/DVD player dengan monitor TV, ataupun dengan PC (CD-ROM) yang
diproyeksikan dengan menggunakan LCD (Light Computer Display). Pemutaran intern
ini berguna untuk review hasil editing. Jika ternyata terdapat kekurangan atau
penyimpangan dari skenario maka dapat segera diperbaiki. Bagaimanapun juga
editor juga manusia biasa yang pasti tidak luput dari kelalaian. Maka kegiatan
review ini sangat membantu tercapainya kesempurnaan hasil akhir suatu film.
c. Presentasi dan Evaluasi
Setelah pemutaran
film secara intern dan hasilnya dirasa telah menarik dan sesuai dengan gambaran
skenario, maka film dievaluasi bersama-sama dengan kalangan yang lebih luas.
Kegiatan evaluasi ini dapat melibatkan :
• Ahli Sinematografi.
• Untuk mengupas film dari segi atau unsur dramatikalnya.
• Ahli Produksi Film.
• Untuk mengupas film
dari segi teknik, baik pengambilan gambar, angle, teknik lighting, dll.
• Ahli Editing Film (Editor).
• Untuk mengupas dari segi teknik editingnya.
• Penonton/penikmat film.
• Penonton biasanya
dapat lebih kritis dari para ahli atau pekerja film. Hal ini dikarenakan mereka
mengupas dari sudut pandang seorang penikmat film yang mungkin masih awam dalam
pembuatan film.
C.
Fasilitas Peralatan Produksi Media Audio
no
|
Nama alat
|
Gambar
|
1
|
Clipboard
|
|
2
|
Proyektor
|
|
3
|
Lampu
|
|
4
|
Kabel roll
|
|
5
|
Kamera video S-VHS atau
Handycam
|
|
6
|
Pita/Tape
|
|
7
|
Mikrophone clip-on wireless.
|
|
8
|
Tripod Kamera
|
|
9
|
Tripod Lampu
|
|
10
|
Video Sender to VHF channel
|
|
11
|
Mini Portable Video Sender
|
|
12
|
Video Sender Point to Point (Super
High-Power)
|
|
13
|
Video Sender Point to Point (High Power)
|
D.
Karakteristik dan Jenis-jenis Media Audio visual
Karakteristik
media audio-visual adalah memiliki unsur suara dan unsur gambar. Alat-alat
audio visual merupakan alat-alat “audible” artinya dapat didengar dan alat-alat
yang “visible” artinya dapat dilihat .[4]
Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena meliputi dua jenis
media yaitu media audio dan visual.
Dilihat dari
segi keadaannya, media audio-visual dibagi menjadi dua yaitu audio-visual murni
dan audio-visual tidak murni. Adapun perinciannya adalah sebagai berikut:
1. Audio-Visual
Murni
Audio-visual
murni atau sering disebut dengan audio-visual gerak yaitu media yang dapat
menampilkan unsur suara dan gambar yang bergerak, unsur suara maupun unsur
gambar tersebut berasal dari suatu sumber.
a. Film
Bersuara
Film bersuara
ada berbagai macam jenis, ada yang digunakan untuk hiburan seperti film
komersial yang diputar di bioskop-bioskop. Akan tetapi, film bersuara yang
dimaksud dalam pembahasan ini ialah film sebagai alat pembelajaran. Film
merupakan media yang amat besar kemampuannya dalam membantu proses belajar
mengajar. Film yang baik adalah film yang dapat memenuhi kebutuhan siswa
sehubungan dengan apa yang dipelajari. Oemar Hamalik mengemukakan prinsip pokok
yang berpegang kepada 4-R yaitu : “ The right film in the right place at the
right time used in the right way”[5] .
Secara singkat apa
yang telah dilihat pada sebuah film, vidio, ataupun televisi hendaknya dapat
memberikan hasil yang nyata kepada siswa. Film yang baik memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
a) Sesuai
dengan tema pembelajaran
b) Dapat
menarik minat siswa
c) Benar dan
autentik
d) Up to date
dalam setting, pakaian dan lingkungan
e) Sesuai
dengan tigkat kematangan siswa
f)
Perbendaharaan bahasa yang benar .[6]
b. Video
Video sebagai
media audio-visual yang menampilkan gerak, semakin lama semakin populer dalam
masyarakat kita. Pesan yang disajikan bisa bersifat fakta maupun fiktif, bisa
bersifat informative, edukatif maupun instruksional. Sebagian besar tugas film
dapat digantikan oleh video. Tapi tidak berarti bahwa video akan menggantikan
kedudukan film. Media video merupakan salah satu jenis media audio visual,
selain film yang banyak dikembangkan untuk keperluan pembelajaran.
c. Televisi
Selain film dan
video, televisi adalah media yang menyampaikan pesan-pesan pembelajaran secara
audio-visual dengan disertai unsur gerak. Televisi dalam pengertiannya berasal
dari dua kata, yaitu tele (bahasa Yunani), yang berarti jauh, dan
visi (bahasa Latin), berarti
penglihatan.
Television
(bahasa Inggris) bermakna melihat jauh. Kata melihat jauh mengandung makna
bahwa gambar yang diproduksi pada satu tempat (stasiun televisi) yang dapat
dilihat di tempat lain melalui sebuah perangkat penerima yang disebut televisi
minitor atau televisi set.
Televisi
merupakan suatu perlengkapan elektronik yang pada dasarnya sama dengan gambar
hidup yang terdiri dari gambar dan suara. Dengan demikian peranan TV baik
sebagai gambar hidup atau radio yang dapat menampilkan gambar yang dapat
dilihat dan menghasilkan suara yang dapat didengar pada waktu yang sama.
Televisi
sebagai lembaga penyiaran, telah banyak dimanfaatkan untuk kepentingan
pendidikan dan pengajaran. Banyak siaran televisi yang khusus menginformasikan
atau menyiarkan pesan-pesan materi pendidikan dan pengajaran, yang disebut
televisi pendidikan (educational television).
Menurut
Darwanto (via Sukiman, 2011: 195), acara siaran pendidikan yang disiarkan
melalui televisi, ada dua klasifikasi, yaitu:
a. Siaran pendidikan sekolah (school
broadcasting)
Yang menjadi
sasaran acara ini adalah para murid sekolah, dari tingkat taman kanak-kanak
sampai dengan para mahasiswa di perguruan tinggi. Siaran langsung dikirim ke
sekolah-sekolah yang bersangkutan. Dengan demikian, acara siaran pendidikan
jenis ini erat sekali hubungannya dengan kurikulum sekolah yang berlaku pada
tahun ajaran itu. Ini berarti bahwa stasiun penyiaran yang bersangkutan
melakukan kerjasama dengan Departemen Pendidikan Nasional. Hal yang diharapkan
dari siaran pendidikan untuk sekolah ini tentu saja disesuaikan dengan landasan
dan tujuan pendidikan dari negara yang bersangkutan. Karena acara siaran
pendidikan untuk sekolah mengacu kepada kurikulum, tentu akan memberikan
pengaruh secara langsung kepada anak-anak tentang:
a) Menimbulkan keinginan kepada anak-anak untuk
mencoba menggali pengetahuan sesuai dengan pola pikir mereka.
b) Membantu anak-anak atas sesuatu pengertian
yang sebelumnya belum pernah dialami.
c) Merangsang untuk menumbuhkan hasrat dan
menggali hubungan antara kegiatan belajar dengan keadaan sekitarnya.
d) Merangsang anak-anak untuk berkeinginan
menjadi seorang cendekiawan.
Dengan adanya
tujuan yang ingin dicapai seperti tersebut di atas, acara pendidikan untuk
sekolah merupakan inti dari siaran pendidikan pada umumnya. Karena itu, setiap
usaha harus diarahkan untuk mempersiapkan bahan-bahan pendidikan, agar acara
itu dapat disajikan dengan baik dan sejalan dengan landasan dan tujuan
pendidikan nasional, dengan prioritas utama menyajikan bahan-bahan yang mampu
mendorong kegiatan belajar dengan baik.
b. Siaran pendidikan sepanjang masa (life long
education)
Berbeda dengan
siaran pendidikan yang berlandaskan kurikulum sekolah, acara pendidikan yang
termasuk dalam klasifikasi ini dilandasi oleh nilai-nilai pendidikan yang
menjadi sasaran khalayak umum. Hanya saja khalayak umum dibagi menurut
tingkatan tertentu, misalnya: usia, jenis kelamin, agama, pendidikan, dan
sebagainya. Televisi sebagai media pendidikan dan pengajaran tentu tidak
terlepas dari kelebihan dan kekurangannya. Kelebihan dan kekurangan media
televisi menurut Sanaky (2010:107) adalah sebagai berikut:
1) Kelebihan media televisi sebagai berikut:
a) Memiliki daya jangkauan yang lebih luas.
b) Memiliki daya tarik yang besar, karena
memiliki sifat audio visual.
c) Dapat mengatasi batas ruang dan waktu.
d) Dapat menginformasikan pesan-pesan yang
aktual.
e) Dapat menampilkan obyek belajar seperti
benda atau kejadian aslinya.
f) Membantu pengajar memperluas referensi dan
pengalaman.
g) Sebutan televisi sebagai jendela dunia,
membawa khalayak untuk dapat melihat secara langsung peristiwa, suasana, dan
situasi tempat, kota, daerah-daerah di belahan dunia.
2. Audio-Visual tidak murni
Audio Visual
tidak murni yaitu media yang unsur suara dan gambarnya berasal dari sumber yang
berbeda . Audio-visual tidak murni ini sering disebut juga dengan audio-visual
diam plus suara yaitu media yang menampilkan suara dan gambar diam seperti:
1) Sound slide
(Film bingkai suara)
Slide atau
filmstrip yang ditambah dengan suara bukan alat audio-visual yang lengkap,
karena suara dan rupa berada terpisah, oleh sebab itu slide atau filmstrip
termasuk media audio-visual saja atau media visual diam plus suara. Gabungan
slide (film bingkai) dengan tape audio adalah jenis system multimedia yang
paling mudah diproduksi .
Media
pembelajaran gabungan slide dan tape dapat digunakan pada berbagai lokasi dan
untuk berbagai tujuan pembelajaran yang melibatkan gambar-gambar guna
menginformasikan atau mendorong lahirnya respon emosional. Slide bersuara
merupakan suatu inovasi dalam pembelajaran yang dapat digunakan sebagai media
pembelajaran dan efektif membantu siswa dalam memahami konsep yang abstrak
menjadi lebih konkrit. Dengan menggunakan slide bersuara sebagai media
pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat menyebabkan semakin banyak
indera siswa yang terlibat ( visual dan audio). Dengan semakin banyaknya indera
yang terlibat maka siswa lebih mudah memahami suatu konsep. Slide bersuara
dapat dibuat dengan menggunakan gabungan dari berbagai aplikasi komputer
seperti: power point, camtasia, dan windows movie maker.
E.
Membuat Media Audio Sederhana
Suyanto (1999:7) menggolongkan media atau alat bantu pembelajaran
bahasa arab menurut dominasi indra yaitu pendengaran, penglihatan, dan
alat-alat bicara. Karenanya, media pembelajran yang digunakan sebagai alat
bantu pembelajaran dapat dikelempokkan menjadi tiga kategori besar: alat bantu
dengar (audio aids), alat bantu pandang (visual aids), dan alat bantu pandang
dengar (audio-visual aids)[7]
Adapun soepormo (1987)
megkalisifikasikan media pembelajaran sebagaimana yang terlihat dalam bagan
berikut ini :
BAB
III
Seperti yang
kita ketahui bersama media pembelajaran berbasih audi-visual adalah media yang
menitik beratkan pada kegiatan indra pendengaran dan penglihatan peserta didik.
Dan kita kietahui bersama media pembelajaran audio-visual ini pertama kali
digunakan melalui televisi. Dari televisi banyak bermunculan media audio visual
yang menunjang proses pembelajaran. Zaman sekarang siapa yang tidak kenal
computer, video, film, dan banyak hal. Namun tidak jarang media audio visual
ini digunakan hanya sebataas media hiburan semata.. Oleh karena itu seorang
guru harus mengawasi penggunaan media audia visual ini. Karena sejatinya media
pembelajaran audio visual ini hanya sebagai alat yang memaksimalkan proses
belajar-mengajar. Oleh karena peran seorang guru sangatlah penting[8]
Membuat Media
Pembelajaran audio-Visual sederhana. Secara garis besar, Banyak peralatan yang
mampu digunakan untuk membuat media pembelajaran berbasis audio visual. Antara lain handycam, rool video, dan lain
sebagainya. Tapi mengingat zaman sekarang zaman teknologi, zamannya internet.
Apa seorang guru mau untuk membuat media pembelajaran audio visual?
Kembali lagi kepada definisi media
audio visual, media yang memaksimalkan indra pendengaran serta penglihatan.
Kita dapat jumpai dalam beberapa video mp4, video clip, film, dan lain-lain.
Pertanyaannya adalah apakah guru mau untuk membuat semua itu ? Mungkin ada
beberapa guru yang mau serta mampu untuk membuat semua itu, tapi semua itu bisa
kita pergunakan baik video, film, dan sebagainya. Apalagi sekarang semua
informasi kita bisa temukan dan kita akses lewat internet. Ada beberapa hal
yang guru bisa lakukan :
1.
Guru
bisa mencari video atau film di internet, atau masuk ke situs youtube.com.
Disana ada video pengajaran bahasa arab yang berbasisaudio visual. Sebagaimana contoh
:
Dari
situs you tubu guru bisa mengambil video yang cocok dan sesuai dengan materi
yang telah ada
2.
Seorang
guru juga bisa munggunakan situs BBC ARABIC,com. Yang mana disana berisi
tentang keadaan kabar dunia Arab. Namun hal ini hanya bisa digunakan untuk siswa
tingkat atas. Sebagaimana contoh :
3.
Guru bisa menampilkannya dalam 1 layanan, yang mana bisa
memunculkan video, audio, film, gambar dan lain-lain dalam Microsoft power
point. Dengan menggunakan vasilitas yang ada d power point, menmungkinkan guru
dapat menampilkan media audio visual yang berbeda-berbeda, sehingga tidak
membuat siswa merasa bosan.
Hal-hal yang harus diperhatikan
1. Guru harus pandai memilah dan memilih, video mana yang akan
dimunculkan atau ditampilkan untuk proses belajar mengajar. Agar pembelajaran
menjadi maksimal.
2. Guru harus mengetahui tingkat kesulitan dari sebuah video yang
akan di tampilkan, agar video tepat sasaran.
3.Garu harus bisa menggabungkan antara education serta
entertainment dalam sebuah video. Karena bisa jadi sisi educationnya kalah oleh
entertainment.
BAB III
PENUTUPAN
A.
Kesimpulan
1.
Media audio-visual adalah media yang mempunyai unsur suara dan
unsur gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena
meliputi kedua jenis media auditif (mendengar) dan visual (melihat).
2.
Prosedur Produksi Media Audio
a.
Pra-Produksi
Telaah
kurikulum, Penulisan naskah
b.
Produksi
Team
produksi, Rembuk naskah, Pemilihan pemain, Latihan kering, Rekaman
c.
Pasca produksi
Editing
dan mixing, Preview, Pembuatan master audio pembelajaran
3.
Peralatan Produksi Media Audio
Mikrofon,
Perekam (recorder), Alat pemutar hasil rekaman (player), Alat penyampur (mixer),
Fasilitas perekam lainnya
4.
Hal-hal yang harus diperhatikan
1. Guru harus pandai memilah dan memilih, video mana yang akan
dimunculkan atau ditampilkan untuk proses belajar mengajar. Agar pembelajaran
menjadi maksimal.
2. Guru harus mengetahui tingkat kesulitan dari sebuah video yang
akan di tampilkan, agar video tepat sasaran.
3.Garu harus bisa menggabungkan antara education serta
entertainment dalam sebuah video. Karena bisa jadi sisi educationnya kalah oleh
entertainment.
B.
Saran
Bagi
Guru : dengan adanya makalah ini diharapkan bagi tenaga pendidik untuk
memanfaatkan media audiovisual sebagai bahan ajar untuk meningkatkan
pemebelajaran yang efektif dalam kelas .
Bagi
Pembaca: setelah membaca makalah ini semoga pengetahuan tentang media audio
visual lebih jelas dan bermanfaat bagi dunia pendidikan.
[1] Syaiful Bahri Djaramah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar,
(Jakarta: PT.Rineka Cipta 2010), hlm.124
[2] Sanaky Hujair, Media Pembelajaran, (Yogyakarta: Safiria Insania
Press),hlm.102
[3]file:///C:/Users/asus/Downloads/Audio%20Visual%20%20Berbagai%20Alat%20
%20alat%20Audio%20Video.htm.
[4] Amir Hamzah Suleiman, Media Audio-Visual untuk Pengajaran,
penerangan, dan penyuluhan (Jakarta: PT Gramedia, 1985), hal,11
[5] M. Basyirudin Usman dan Asnawir, Media pembelajaran (Jakarta:
Ciputat Pers, 2002), hal,96
[6] Ibid, hal 98
[7] Ricard E. mayer. Multimedia learning. Pustaka pelajar : yogja karta
H. 87
[8] Ibid H. 87
Assalamualaikum maaf sebelumnya pak, saya seorang mahasiswa yg sedang meneliti dan mengemas produk mennggunakan media audio visual, dan saya ingin mengambil kutipan dari blog ini tentang "prosedur produksi media audio visual" dan itu menggunakan buku yg mana yaa pak? Dan teori dari siapa pak? Karena di buku djamarah itu tidak ada, mohon bantuan nya yaa pak bantuan bapak pasti sangat membantu saya
BalasHapus