'Oase Dakwah'
Penyejuk Hati Penggugah Jiwa
Jum'at, 25 April 2014
"Siapa Laki
Laki Itu"
Apa kabarmu disana nak?
Dikota yang berjarak dua jam
perjalanan dari sini, apa kau masih mengingat orang tua renta ini? Yang setiap
saat tak henti mendoakan segala yang terbaik untukmu.
Ah.. ayah ingat ketika siang itu,
sebelum berangkat kekota, dengan wajah malu-malu kau bercerita tentang niat
seorang laki-laki untuk meminangmu. Kau tahu nak_ sudah lama ayah bersiap untuk
menanti kabar ini, kabar tentangseorang yang akan membawamu pergi jauh dari
ayah.
Kabar tentang laki-laki yang
meminta pengalihan tanggung jawab dari ayah. sungguh sudah lama ayah
mempersiapkan diri. Tapi tetap saja siang itu ayah terkejut, meski mungkin
tidak begitu terlihat diwajah ayah.
Siapa dia nak? Siapa laki-laki
yang berani memintamu dari ayah? Bawa dia kesini... biar ayah lihat dulu,
seberapa mampu dia meyakinkan ayah bahwa dia akan memperlakukan dan menjagamu
tidak kurang dari ayah. Bawa dia kesini
nak... biar ayah nilai dulu, seberapa tulus dia menyayangi dan membimbingmu
tidak kurang dari ayah. Ayo bawa dia kesini... biar ayah pertimbangkan dulu, seberapa
baik agamanya, seberapa besar tanggung jawabnya,dan seberapa sabar dia
menghadapi putri kecil ayah.
Nak_ ayah tahu siang itu akan
datang, siang yang mengharuskan ayah untuk menyadari bahwa putri kecil ayah
akan segera menggenapkan setengah agamanya, dengan bakti pada dia yang belum
ayah kenali.
Padahal dimata ayah, kamu masih
gadis kecil yang beberapa waktu lalu merengek minta dibelikan benang untuk
layangan, sebab teman-teman seusiamu yang rata-rata laki-laki sudah punya
benang yang panjang untuk layangan mereka. Rasanya kamu masih gadis kecil ayah
yang mengadu dengan mata berkaca-kaca bahwa benang layangannya telah kusut,
yang terkantuk- kantuk menunggui ayah memperbaikinya agar bisa bermain lagi
esok paginya. Yang dulu melempar sepatunya kelaut sebagai alasan meminta ayah
mengizinkanmu bermain air.Yang dulu membongkar tas ayah, mencari receh untuk
celengan ayammu diatas lemari.
Dan kemarin, ketika dengan izin
ayah, kau pergi berkenalan dengan keluarga besarnya. Kembali ayah harus segera
menyadari bahwa binar yang kau bawa pulang itu tidak biasa, binar yang belum
pernah ayah lihat ketika dengan antusias kau bercerita. Sebenarnya nak, ayah
cemburu.
ayah mencemburui dia yang
tiba-tiba datang tapi sudah mampu menghadirkan getar-getar rasa yang terlihat
dirona wajahmu. Tapi percayalah nak, kecemburuan itu segera ayah tepis, ayah
usir dengan keyakinan bahwa posisi ayah dan posisinya itu tidak disatu tempat.
Bahwa warna cinta untuk ayah
tidak sama dengan warna cinta untuknya. Ayah tidak salah, bukan?
Sedikit pesan ayah... setelah
nanti kau ayah serahkan dengan disaksikan oleh para malaikat. Jadilah
pendamping yang patuh nak, yang senantiasa bersyukur dan berterimakasih, yang
menjaga diri dan hartanya, yang tidak mudah menuduh dan menyakiti hatinya, yang
menyimpan rahasia dan menutupi aibnya. sebab tidak mudah untuk menjadi seorang
suami, tidak mudah untuk menjadi orang yang bertanggung jawab penuh terhadap
orang lain, yang harus menjaga dirinya dan ahlinya dari api neraka. Jadi sekali
lagi nak... jangan bebani dia, tapi bantulah dia sesuai peran yang kau punya.
0 komentar:
Posting Komentar