'Oase
Dakwah'
Penyejuk
Hati Penggugah Jiwa..
Edisi :
Sabtu, 26 April 2014
"Berhenti
Sejenak, Mengasah Diri"
Alkisah,
seorang pedagang kayu menerima lamaran pekerjaan seorang untuk menebang pohon
di hutannya. Karena gaji yang dijanjikan dan kondisi kerja yang bakal diterima
sangat baik, sehingga si calon penebang pohon itu pun bertekad untuk bekerja
sebaik mungkin. Saat mulai
bekerja, si majikan memberikan sebuah kapak dan menunjukkan area kerja yang harus
diselesaikan dengan target waktu yang telah ditentukan kepada si penebang
pohon.
Hari pertama
bekerja, dia berhasil merobohkan 8 batang pohon. Sore hari, mendengar hasil
kerja si penebang, sang majikan terkesan dan memberikan pujian dengan tulus,
“Hasil kerjamu sungguh luar biasa! Saya sangat kagum dengan kemampuanmu
menebang pohon-pohon itu. Belum pernah ada yang sepertimu
sebelum ini.
Teruskan
bekerja seperti itu”.
Sangat
termotivasi oleh pujian majikannya, keesokan hari si penebang bekerja lebih
keras lagi, tetapi dia hanya berhasil merobohkan 7 batang pohon. Hari ketiga,
dia bekerja lebih keras lagi, tetapi hasilnya tetap tidak memuaskan bahkan
mengecewakan. Semakin bertambahnya hari, semakin sedikit pohon yang berhasil
dirobohkan. “Sepertinya aku telah kehilangan kemampuan dan kekuatanku,
bagaimana aku dapat mempertanggungjawabkan hasil kerjaku kepada majikan?” pikir
penebang pohon merasa malu dan putus asa. Dengan kepala tertunduk dia menghadap
ke sang majikan, meminta maaf atas hasil kerja yang kurang memadai dan mengeluh
tidak mengerti apa yang telah terjadi.
Sang majikan
menyimak dan bertanya kepadanya, “Kapan terakhir kamu mengasah kapak?” “Mengasah
kapak? Saya tidak punya waktu untuk itu, saya sangat sibuk setiap hari menebang
pohon dari pagi hingga sore dengan sekuat tenaga”. Kata si penebang.“Nah,
disinilah masalahnya. Ingat, hari pertama kamu kerja? Dengan kapak baru dan
terasah, maka kamu bisa menebang pohon dengan hasil luar biasa.
Hari-hari berikutnya, dengan tenaga yang sama, menggunakan kapak yang sama tetapi
tidak diasah, kamu tahu sendiri, hasilnya semakin menurun. Maka, sesibuk
apapun, kamu harus meluangkan waktu untuk mengasah kapakmu, agar setiap hari
bekerja dengan tenaga yang sama dan hasil yang maksimal. Sekarang
mulailah mengasah kapakmu dan segera kembali bekerja!” perintah sang majikan.Sambil
mengangguk-anggukan kepala dan mengucap terimakasih, si penebang berlalu dari
hadapan majikannya untuk mulai mengasah kapak.
Istirahat
bukan berarti berhenti Tetapi untuk menempuh perjalanan yang lebih jauh lagi
Sama seperti si penebang pohon, kita pun setiap hari, dari pagi hingga malam
hari, seolah terjebak dalam rutinitas terpola. Sibuk, sibuk dan sibuk, sehingga
seringkali melupakan sisi lain yang sama pentingnya, yaitu istirahat sejenak
mengasah dan mengisi hal-hal baru untuk menambah pengetahuan, wawasan dan
spiritual.
Jika kita
mampu mengatur ritme kegiatan seperti ini, pasti kehidupan kita akan menjadi
dinamis, berwawasan dan selalu baru !
Dari cerita
motivasi kerja diatas, kiranya Anda semua dapat menyimpulkan bagaimana cara
kerja yang baik, tanpa harus selalu menguras tenaga terus menerus, untuk
mendapatkan hasil kerja yang maksimal. Semoga sedikit cerita motivasi kerja ini
dapat menginspirasi kita semua. Amien
0 komentar:
Posting Komentar